Intisari-online.com - Sebagai salah satu kekuatan dunia, China hingga saat ini memilih diam meski situasi Rusia-Ukraina semakin memanas.
Rusia sendiri dipandang sebagai sekutu dekat China saat ini.
Sementara Ukraina, sebagai mitra menguntungkan China di Eropa yang telah banyak membeli senjata militer dari China.
Oleh sebab itu, jika Rusia-Ukraina benar-benar melakukan peperangan China kemungkinan akan mengalami kerugian.
Hal itu diungkapkan oleh Amerika yang membocorkan situasi China, jika Rusia-Ukraina benar-benar berperang.
China harus siap menanggung konsekuensi terkait sanksi AS terhadap Rusia.
Jika Moskow melancarkan serangan ke Kiev, kata penasihat keamanan nasional Gedung Putih Jake Sullivan.
"Kami percaya bahwa Beijing harus menanggung beberapa konsekuensi jika Rusia menyerang Ukraina," kata Sullivan dalam acara NBC.
Ia mencatat bahwa China harus mempertimbangkan hal ini ketika mempertimbangkan komitmennya ke Ukraina.
"Bergabunglah dengan Rusia dalam beberapa minggu ke depan," katanya.
Menurut Sullivan, sanksi AS akan menargetkan sistem keuangan Rusia, sehingga juga mempengaruhi ekonomi China.
Menurut pengamat, China saat ini adalah mitra utama Rusia, memegang kunci untuk membantu Rusia "hidup dengan baik" sebelum sanksi AS dan Barat.
Tetapi jika AS menjatuhkan sanksi yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap Rusia, China juga akan berada dalam posisi yang sulit.
Bisnis China yang berbisnis dengan Rusia dapat dilarang berbisnis dengan perusahaan AS.
Pada tanggal 4 Februari, Presiden Rusia Vladimir Putin mengadakan pertemuan pertamanya dengan Presiden China Xi Jinping di Beijing dalam dua tahun.
Kedua pemimpin berbicara menentang strategi ekspansionis NATO di Eropa Timur, yang merupakan salah satu penyebab utama ketegangan di Ukraina.
Rusia dan China juga mengumumkan kerja sama yang lebih erat di banyak bidang, termasuk perdagangan, energi, dan pertahanan.
Sebelumnya, China mengumumkan komitmennya untuk bekerja sama dengan Rusia dalam mengembangkan sistem keuangan melawan pengaruh negara ketiga.
Serta menemukan cara untuk mengurangi ketergantungannya pada dolar.
Dalam kesepakatan energi baru yang ditandatangani antara Rusia dan China, Moskow memasok 10 miliar meter kubik gas alam ke Beijing selama 30 tahun.
Semua biaya akan dibayar dalam euro.