Intisari-Online.com – Alexander Agung, putra Raja Philip II, disebut-sebut dalam buku-buku sejarah sebagai salah satu raja terbesar yang pernah hidup.
Tetapi pertanyaan tentang kehebatannya terus melekat pada banyak orang yang mempertanyakan hal-hal unik apa yang mungkin telah dicapainya sehingga dia mendapatkan ‘gelar’ hebat tersebut.
Beberapa fakta berikut ini mengungkapkan apa yang bertentangan dengan kepercayaan populer tentang Alexander Agung.
Alexander mendapat manfaat dari ‘buntut’ ayahnya
Menjadi putra seorang raja, Alexander siap untuk mengambil manfaat dari kecerdasan, kepintaran, dan pengalaman ayahnya.
Makedonia, yang merupakan kerajaan Alexander, sebenarnya didirikan oleh ayahnya.
Raja Philip II yang membawa gencatan senjata ke Makedonia dan membangunkan mereka dengan pasukan yang kuat yang menggerakkan Yunani untuk ditaklukkan.
Ini disebabkan oleh gaya bertarung Philip yang menggunakan resimen kuda untuk menyerang sambil membuat manuver dalam formasi yang terorganisir.
Hal itu adalah sebuah taktik perang yang tidak diketahui oleh orang Yunani pada saat itu.
Alexander diuntungkan dari penaklukan besar dan kelihaian militer ayahnya
Ya, Alexander menaklukkan Yunani pada titik terlemahnya.
Penaklukn Alexander atas Yunani tepat waktu ketika Sparta dan Athena yang kuat sudah dilemahkan oleh serangan Persia, yang menyebabkan pertikaian antara dua kota untuk mendapatkan kekuasaan.
Maka, ketika Alexander menuntut agar Yunani menyerah kepadanya, mereka secara diam-diam melakukannya.
Hal itu dilakukan bukan karena Alexander kuat secara militer, tetapi karena mereka lemah dan tidak mampu lagi berperang.
Jadi, Alexander tidak mengalami banyak perlawanan selama penaklukan.
Selain Yunani, yang sebenarnya ditaklukkan oleh Raja Philip II, ada beberapa Kerajaan dan kekuasaan lain yang dengan mudah ditaklukkan oleh Alexander tanpa menguji kekuatan militernya.
Misalnya, ketika dia pindah ke Mesir, dia diterima dengan baik oleh orang Mesir yang merasa aman dengan pemerintahannya daripada orang Persia.
Sebenarnya, orang Mesir ‘meminjamkan’ kesetiaan mereka kepadanya karena takut akan invasi dan penaklukan Persia.
Bahkan ketika Alexander melawan Persia, dia bisa mendapatkan kesetiaan di antara tentara Persia yang tidak mematuhi perintah dari atasan mereka.
Akibat ketidaktaatan inilah maka Alexander dengan mudah menaklukkan Kekaisaran Persia.
Alexander adalah pecandu minuman keras
Alexander sangat suka berpesta sampai-sampai dokter pribadinya mengkhawatirkan kesehatannya.
Meskipun terlalu dini untuk menyimpulkan bahwa alkohollah yang menyebabkan kejatuhannya, namun dia meninggal dalam waktu sepuluh hari setelah dia meneguk anggur yang membuatnya berteriak keras kesakitan.
Pada saat ini, kesehatan Alexander sangat memburuk, melansir Historical Eve.
Alexander mendelegasikan kekuasan
Meskipun tidak salah mendelegasikan kekuasaan, Alexander tidak memerintah kerajaannya.
Setiap kali dia melakukan penaklukan, dia akan mendelegasikan kekuasaan kepada penguasa lokal untuk mendapatkan kesetiaan.
Misalnya, dia membiarkan Raja Porus memerintah setelah Pertempuran Hydaspes dan bahkan memberinya tanah untuk memerintah.
Alexander menghabiskan begitu banyak waktunya untuk menaklukkan dunia.
Jadi, tidak banyak yang dikaitkan dengan kecakapan militer, pengalaman politik, dan kedewasaannya.
Jadi, benarkah Alexander Agung pria yang benar-benar hebat?
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik? Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di https://www.gridstore.id/brand/detail/27/intisari