Namun, ketika negara modern muncul, pengembara laut menjadi semakin terpinggirkan dan dimiskinkan, menyusul putusnya kerjasama lama dengan komunitas berbasis darat.
Saat ini pengembara laut di Myanmar berjumlah sekitar 2000 orang.
Dalam beberapa tahun terakhir, mereka menghadapi migrasi ribuan nelayan Burma ke selatan ke kepulauan Mergui, yang telah menyaksikan perkembangan besar dalam operasi penangkapan ikan dan fasilitas wisata.
Kini, Suku Bajau yang merupakan komunitas pengembara laut terbesar di dunia masih dapat ditemui di beberapa dusun dan desa yang tersebar di sepanjang pantai Indonesia, Filipina dan Malaysia.
Di Laut Sulu antara pulau Kalimantan dan Filipina Selatan, pemberontakan yang dipimpin oleh kelompok pemberontak Abu Sayyaf pernah membawa Angkatan Laut Indonesia dan Filipina ke wilayah tersebut.
Jam malam telah diberlakukan yang membatasi pergerakan di kedua negara, tetapi juga untuk pengembara Bajau.
Pihak berwenang Indonesia telah merelokasi beberapa orang Bajau di pulau-pulau kecil.
Saat ini, banyak dari mereka yang tinggal di rumah panggung kecil, terpapar cuaca buruk, dan rawan diserang bajak laut.
Nasib mereka serupa dengan sejumlah komunitas tradisional di Indonesia dan Malaysia, di mana para pembuat kebijakan pemerintah pusat berusaha untuk memisahkan komunitas dari cara hidup tradisional, dan menempatkan mereka di perumahan permanen.
Penulis | : | Afif Khoirul M |
Editor | : | Afif Khoirul M |
KOMENTAR