"Dari Program ini saya mendapat bantuan modal Rp 1 juta rupiah," kenangnya.
Uang satu juta itu, dijelaskan Sainah, bukan untuk belanja namun digunakan untuk kredit freezer sebesar Rp 500 ribu dan sisa Rp 500 ribu ia simpan.
Dari uang simpanan Rp 500 ribu itu, lanjutnya, ia ambil untuk membeli tepung dan daging sebagai bahan pembuatan bakso, sebesar Rp 40 Ribu.
Belanja dengan uang Rp 40 Ribu, Sainah mampu memproduksi bakso sebanyak satu kilo.
"Bakso satu kilo ini saya jajakan keliling dan baru habis selama 3 hari. Uangnya dapat Rp 80 ribu," ungkapnya.
BACA JUGA: Pendapatannya 100 Kali Lipat Gaji Jokowi, Dari Sinilah Raffi Ahmad Mengumpulkan Pundi-pundi Uangnya
Raut muka Saenah tampak haru, ketika harus mengenang pedihnya pertama mulai merintis usaha.
Beberapa kali, ia terlihat harus berhenti untuk bercerita, karena gemuruh yang menganak di sanubarinya.
Kendati perputarannya sangat lamban, sampai tiga hari, lanjut Saenah, ia mengaku tetap bersyukur lantaran bakso miliknya masih bisa laku terjual.
"Saya tekad, uang hasil penjualan itu saya belanjakan semuanya. Saya tidak ambil sedikitpun. Pokoknya ini biar muter makin besar, makin besar," ceritanya.
Lambat laun, perputaran hasil penjual bakso itu makin cepat dan terus membesar.
Meski bisnisnya kian hari terus membesar, bukan berarti ia tak memiliki rintangan. Saenah mengaku sering dicemooh banyak orang karena bakso yang ia jual dianggap aneh karena ditusuk dan tak berkuah.
Penulis | : | intisari-online |
Editor | : | Yoyok Prima Maulana |
KOMENTAR