Intisari-Online.com -Kehidupan di Korea Utara begitu misterius, baik pemimpinnya Kim Jong Un juga kehidupan masyarakatnya.
Pada Juli 2017, militer Korea Utara mengatakan bahwa agen mata-mata Korea Selatan menjadi dalang di balik 'membludaknya jumlah ular yang sangat tinggi'
Melansir Independent.co.uk, pada bulan itu awalnya unit patroli perbatasan menerima perintah untuk menangkap ular sebelum mereka merangkak di tepi Sungai Amnok.
Pesan utama dari Partai adalah bahwa Badan Intelijen Nasional Selatan telah melepaskan ular sebagai bagian dari 'skema licik' untuk menantang persatuan."
Pada saat itu, tentara telah diperintahkan untuk menangkap ular sebelum mereka mencapai daratan dan menetaskan telur, sehingga mereka harus mengarungi sungai.
Lebih jauh, hal itu juga sampai menimbulkan keluhan.
Kementerian Keamanan Rakyat Korea Utara dan badan-badan publik lainnya dilaporkan sampai mendesak warga untuk tetap waspada terhadap bahaya ular setiap saat.
Bahkan menyebar juga desas-desus tentang orang-orang yang meninggal akibat gigitan ular di beberapa daerah.
Sumber tersebut mengatakan kepada Daily NK bahwa klaim tersebut bisa menjadi upaya untuk "secara psikologis mempersenjatai orang-orang (melawan Selatan) selama pertempuran 200 hari", sebuah kampanye mobilisasi massa untuk memulai rencana ekonomi baru.
Propaganda negara sebelumnya telah menyatakan bahwa pernah terjadi lonjakan populasi serangga di ladang jagung Korea Utara gara-gara rencana imperialis AS.
Namun retorika tersebut pada akhirnya menguap dan konon hanya sedikit orang yang benar-benar melihat ular.
Rakyat Korut dikenal sangat memuja pemimpinnya, baik itu karena paksaan atau murni keinginan sendiri.
BahkanKorea Utara menggencarkan propaganda untuk diajarkan kepada anak-anak prasekolah, memaksa siswa menghabiskan 90 menit mereka di sekolah untuk belajar tentang Kim Jong Un di bawah perintah baru yang diturunkan oleh Kim Yo Jong.
MelansirDaily Mailpada Rabu (16/9/2020), anak-anak prasekolah di Korea Utara mendapatkan kurikulum baru yang berisi propaganda tentang Kim Jong Un dan 2 pemimpin pendahulunya.
Kurikulum tersebut menjadi " Pendidikan Kebesaran" yang berlangsung selama 1,5 jam dari 3 jam waktu yang dihabiskan anak-anak prasekolah di kelas.
Sebelumnya, anak-anak hanya menghabiskan 30 menit untuk materi propaganda tersebut, tetapi saudara perempuan sang pemimpin negara, Kim Yo Jong, dilaporkan telah melipatgandakan waktu untuk pendidikan propaganda itu.
(*)