Intisari-Online.com -Pada tahun 1258, pasukan besar Mongol di bawah kekuasaan Hulagu Khan, mengepung kota Baghdad setelah menaklukkan sebagian besar Iran dan Irak utara.
Setelah bangsa Mongol menetap di kamp, kehancuran dimulai.
Pasukan Hulagu kira-kira berjumlah antara 100.000-150.000 orang, mungkin mendekati total 120.000.
Melansir wearethemighty.com, pada 30 Desember 1258, Hulagu memerintahkan untuk memulai pemboman tembok kota.
Tapi yang menjadi masalahnya, pasukan Mongol tidak memiliki batu.
Kereta pengepungan yang membawa persediaan batu-batu masih berjarak tiga hari perjalanan.
Sementara mereka mencari proyektil yang cocok untuk dilemparkan ke tembok kota, Hulagu memerintahkan pemanah untuk menembakkan panah ke tembok dengan pesan terlampir.
Pesan tersebut mengatakan bahwa penduduk kota akan diperlakukan dengan baik jika mereka menyerah.
Sementara Hulagu berusaha mengakhiri pengepungan dengan damai, para pasukan Mongol datang dengan tangan kosong karena tak menemukan batu ketapel.
Namun, mereka kemudaian melucuti batu fondasi dari bangunan di pinggiran kota dan mencabut pohon palem untuk digunakan sebagai proyektil untuk menghancurkan dinding Baghdad.
Khalifah Abbasiyah cepat mengirim utusan untuk bernegosiasi damai tapi Hulagu tidak akan mendengar permohonan dan menahan mereka.
Pesan Hulagu jelas, menyerah saja tidak cukup; itu harus penyerahan tanpa syarat.
Sementara Khalifah terus mengirim utusan ke Hulagu, orang-orang Mongol terus membombardir tembok, khususnya menara Ajami hingga hancur menjadi puing-puing pada 1 Februari.
Orang-orang Mongol akhirnya berhasil masuk ke kota merebut sebagian dari dinding timur.
Namun, pertempuran masih jauh dari selesai dan negosiasi berlanjut selama empat hari.
Pada tanggal 6 Februari, pengeboman berakhir tetapi orang-orang Mongol tetap berada di tembok sampai Khalifah menyerah.
Hulagu mengirim pesan lain, yang ditujukan ke tentara Baghdad.
Pesan itu mengatakan kepada mereka untuk menyeraha dan meninggalkan pos mereka.
Seorang pria bernama Ibn Alqami mengusulkan bahwa cara terbaik untuk mengakhiri pengepungan adalah dengan kabur.
Persyaratan Hulagu untuk Khalifah sederhana: menyerahkan putrinya untuk dinikahi dan mengakui Hulagu sebagai otoritas tertinggi.
Jika diterima, Hulegu akan mengakhiri pengepungan.
Khalifah setuju dan pasukannya berbaris keluar dan berpikir bisa kabur ke Suriah.
Namun, pasukan terbunuh dan kemudian Khalifah dan putra-putranya dihukum mati.
(*)