Intisari-online.com - Pengerahan pasukan Rusia ke perbatasan Ukraina telah memicu eskalasi militer makin membesar.
Laporan terakhir mengatakan, intelijen AS mengungkap ada 175.000 tentara Rusia dikerahkan menuju perbatasan Ukraina.
Situasai ini membuatnya makin memanas, meski hingga kini Rusia belum melakukan langkah militer apapun.
Meski dilaporkan ada 175.000 tentara Rusia bergerak ke perbatasan Ukraina masih tetap tenang.
Menurut 24h.com.vn, pada Kamis (16/12/21), justru bocorkan jumlah pasukan yang membuat Ukraina merasa terancam.
Oleksiy Danilov, Sekretaris Dewan Keamanan dan Pertahanan Ukraina, baru-baru ini memberikan wawancara di Reuters.
Sementara menurut Danilov, mengatakan Rusia masih mempertahankan 92.000 tentara di dekat perbatasan.
Danilov mengatakan situasi belum menunjukkan tanda-tanda perubahan sejak konferensi video antara Presiden AS Joe Biden dan Presiden Rusia Vladimir Putin pada 7 Desember.
Baca Juga: Perang dengan Rusia Bak Makin Dekat, Ukraina Buru-buru Buka Tempat Perlindungan Bom di Negaranya
"Tidak ada yang berubah," kata Danilov.
"Rusia telah mengirim lebih banyak pasukan ke perbatasan, tetapi itu masih belum cukup untuk melancarkan serangan," katanya.
Menurut Danilov, Rusia membutuhkan 500.000 hingga 600.000 tentara untuk menyerang Ukraina dan menjaga situasi tetap stabil selama operasi berlangsung.
Menurut sekretaris Dewan Keamanan dan Pertahanan Ukraina, Rusia dapat memobilisasi pasukan darurat kapan saja.
Tetapi membutuhkan setidaknya 24 jam untuk memusatkan pasukan yang cukup di perbatasan.
Kiev berharap Barat akan secara aktif memasok senjata jika terjadi konflik, kata Danilov.
Rusia sejauh ini bersikeras tidak memiliki rencana untuk menyerang Ukraina, menuduh Ukraina dan Amerika Serikat melakukan provokasi, memperburuk situasi.
Salah satu syarat Rusia untuk meredakan ketegangan adalah bahwa NATO harus berkomitmen untuk tidak mengizinkan Ukraina bergabung dengan aliansi militer.
Para pejabat NATO telah menolak permintaan ini.