Dirikan Pos Perdagangan di Indonesia, Begini Kisah Keluarga Sasson: Para 'Sultan' Yahudi Kaya Raya dari Zaman Kuno Kerajaan Israel yang Menggurita dengan Bisnis Global

Muflika Nur Fuaddah
Muflika Nur Fuaddah

Editor

Sejarah modern keluarga Sassoon yang terdokumentasi dimulai pada awal abad ke-11 di Spanyol.
Sejarah modern keluarga Sassoon yang terdokumentasi dimulai pada awal abad ke-11 di Spanyol.

Intisari-Online.com-Sejarah modern keluarga Sassoon terdokumentasi dimulai pada awal abad ke-11 di Spanyol.

Mereka adalah sebuah keluarga Yahudi dengan akar yang berasal dari zaman kuno Kerajaan Israel.

Nama keluarga itu kemudian dikenal sebagai "Ibn Shoshan", dan seiring waktu berkembang menjadi "Sassoon" versi modern.

Pada abad ke-12, keluarga Sassoon mendirikan lembaga perdagangan dan perbankan di Toledo, Spanyol.

Ketika keluarga itu diusir selama Inkuisisi, ia berakar di Thessaloniki, Yunani, dan meletakkan dasar untuk aktivitas bisnisnya di negara tersebut.

Baca Juga: Munculnya Sindrom Yerusalem degan Gelaja Orang yang Berteriak-teriak, Fenomena Aneh yang Apa yang Menimpa Wisatawan di Kota Suci Ini?

Pada 1523, Moshe Sassoon mendirikan Sassoon Frères & Co., sebuah rumah perdagangan di Konstantinopel, ibu kota Kekaisaran Ottoman.

Perusahaan juga menjabat sebagai bank dagang dan mendirikan pos perdagangan di Timur Tengah, India, Cina, Indonesia, Afrika Selatan, dan Brasil.

Keluarga Rothschild dari Timur

Cabang keluarga yang lebih terkenal adalah cabang Baghdad-Mumbai-Inggris, di mana David Sassoon dianggap sebagai patriark dan sering disebut sebagai "Keluarga Rothschild dari Timur."

Keluarga itu mencerminkan ikatan perkawinan antara kedua keluarga yang keturunannya hari ini sebagian besar dapat ditemukan di Inggris.

Baca Juga:Pantas Kejahatannya di Tanah Palestina Tak Pernah Tersentuh Hukum, Israel Ternyata Kerap Lakukan Hal 'Paling Menjijikan' Ini di Negeri Ratu Elizabeth

David Sassoon (1832 - 1867)
David Sassoon (1832 - 1867)

Adik laki-laki David, Joseph, menikah dengan keluarga Dayan dari Aleppo, Suriah.

Sementara cabang Aleppo-Kairo-AS kurang dikenal sejak abad ke-18, kekayaannya jauh melebihi kekayaan sepupu Inggris mereka dan melebihi kekayaan keluarga Rothschild.

Saat ini, keturunan dari cabang Aleppo dari dinasti Sephardic ini tersebar di enam benua dan menjalankan daftar bisnis yang panjang.

Mereka juga terlibat di berbagai bidang seperti sains, teknologi, perbankan, dan bahkan politik.

Baca Juga:Tak Main-main, Program Nuklir Iran Diprediksi Mundur 9 Bulan Hanya Gara-gara Israel Lakukan Hal Ini, Ulah Mossad?

Filosofi Keluarga Tetap Teguh

J. Sassoon Group telah berinvestasi di perusahaan dan ide teknologi Israel, seperti teknologi pencetakan 3D dan terus menjajaki peluang lain.

Dalam sebuah wawancara dengan majalah Menahalim, CEO grup tersebut, Bruce Fein, menjanjikan bahwa Grup J. Sassoon memiliki rencana investasi yang ambisius di Israel.

“Lingkungan bisnis berubah, dan dengan itu tujuan dan model bisnis grup, tetapi keinginan dan tujuan untuk melakukan mitzvot, memberikan amal dan memperoleh kebijaksanaan, pengetahuan dan pemahaman akan selalu tetap teguh dalam keluarga Sassoon,” kata Fein.

Baca Juga:Kisah Sersan Sayed Zakaria Khalil 'Si Singa Sinai,' Jadi Satu-satunya Tentara Mesir yang Menahan Seluruh Serangan Israel saat Puasa Ramadan

“Dalam pengertian ini, filosofi keluarga tidak berubah. Teknologi telah berubah, tetapi prinsip kami belum," katanya.

Pertahankan Pengetahuan di Israel

Keluarga Sassoon di Baghdad dan India
Keluarga Sassoon di Baghdad dan India

Fein bukan hanya seorang pengusaha, tetapi juga seorang Yahudi yang ramah.

Kata-kata "Yudaisme", "Israel" dan "Tikkun Olam" sering kueliar selama wawancara dengannya.

Baca Juga:Dibayang-bayangi Serangan Israel, Iran Sebut Perbatasan Udaranya Adalah yang Paling Aman di Kawasan Timur Tengah

Kepedulian terhadap Israel merupakan bagian integral dari pandangan dunianya dan membentuk manajemen bisnisnya dalam mewakili keluarga.

“Kami telah memperhatikan bahwa dalam 20 tahun terakhir, perusahaan Israel telah dijual ke perusahaan asing dan dipindahkan ke negara lain,” katanya.

“Kami percaya bahwa penting untuk menjaga pengetahuan di Israel."

"Menipisnya modal manusia dan intelektual di negara tersebut (yang Anda sebut 'brain drain') berbahaya bagi pertumbuhan ekonomi negara mana pun serta keamanan ekonomi dan nasionalnya."

Modal manusia adalah aset terkuat Israel. Tanpanya, pertumbuhan ekonomi Israel akan terancam.

Baca Juga:Skenario Terburuk Perang Dunia III, Perang Nuklir Diprediksi Makin Mendekat, Ternyata Bukan Hanya Amerika, Rusia, dan China yang Jadi Ancaman Dunia, Tetapi Negara-negara Ini Juga

(*)

Artikel Terkait