Intisari-Online.com - Ketegangan antara Rusia dan Barat telah meningkat secara dramatis dalam beberapa pekan terakhir.
Ketegangan itu meningkatnya agresi Rusia terhadap Ukraina.
Para pemimpin negara pun memberi peringatan kepada Rusia.
Salah satunyaPerdana Menteri Inggris Boris Johnson yang memperingatkan Presiden Rusia Vladimir Putin bahwa akan ada "konsekuensi signifikan" jika mereka menyerang Ukraina.
Tapi Rusia sepertinya tidak ambil pusing dengan peringatan itu.
Justru mereka malah semakin meningkatagresi yang luar biasa.
Wakil Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Ryabkov, mengatakan Moskow akan mengerahkanrudal nuklir jarak menengah (INF) di Eropa jika NATOmemulai perang dengan mereka.
Rudal semacam ini memiliki jangkauan tertinggi 5.000 km dan dapat menghantam banyak ibu kota negara di Eropa jika dikerahkan dari Rusia.
INF sendiri sebenarnya dilarang pada tahun 1987 di bawah perjanjian yang ditandatangani antara Mikhail Gorbachev, mantan pemimpin Uni Soviet dan Presiden AS Ronald Reagan.
Tapi AS keluar dari perjanjian tersebut pada tahun 2019, dengan alasanRusia melakukan pelanggaran.
Atau Rusia akan melawan secara militer jikaNATO berusaha untuk memperluas kekuasannya ke timur.
"Akan ada konfrontasi. Kami tidak akan segan-segan menggunakan senjata yang sebelumnya dilarang," ucapRyabkov seperti dilansir dariexpress.co.uk pada Rabu (15/12/2021).
Meski begitu, Rusia sekali lagi membantah bahwa mereka berencana untuk menyerang Ukraina.
Justru bukan Ukraina-lah target Rusia sebenarnya.
Rusia malah sebenarnyamengeluarkan ancaman kepada NATO dan sekutunya untuk mundur atau mengambil risiko eskalasi yang menakutkan.
Ini karenaKremlintidak percaya denganNATO.
Merekamengatakan tidak ada rudal baru AS di Eropa. Tapi faktanya mereka bersiap menanggapi ancaman senjata Rusia dengan tanggapanrudal AS.
Pekan lalu, Presiden AS Joe Biden juga telah berbicara dengan Putin untuk memperingatkannya.
Ancamannya sama. Yaitu akan ada konsekuensi ekonomi yang belum pernahterjadi jika Rusia menyerang Ukraina.
Namun Putin dengan santai malah meminta jaminan bahwa NATO tidak akan diperluas untuk mencakup Ukraina.
Sikap santai Putin langsung membuat para menteri luar negeri G7 bertemu di Liverpool untuk membahas situasi tersebut.
Termasuk pasukan Rusia yang berkumpul di dekat perbatasan dengan Ukraina.
G7 akhirnya menyatakan siap 'pasang badan' membela Ukraina jika Rusia bergerak melawan negara tetangganya itu.
Uni Eropa jugamengumumkan akan menjatuhkan sanksi pada kontraktor militer Grup Wagner Rusia yang dituduh berusaha mengacaukan Ukraina.
Menurut intelijen AS, Rusia telah menempatkan sekitar 70.000 tentara di dekat perbatasan Ukraina dan telah mulai merencanakan kemungkinan invasi pada awal tahun depan.
Moskow membantah sedang mempersiapkan invasi dan menuduh pemerintah di Kyiv memicu ketegangan di kawasan itu dengan mengerahkan senjata baru.
Rusia dan Ukraina sendiri terlibat konflik sejak 2014 ketika pasukan Rusia mencaplok Semenanjung Krimea dan mendukung pemberontakan separatis di Ukraina timur.