Mengira di Atas Angin Karena Punya Militer Lebih Kuat, Siapa Sangka Invasi Rusia ke Ukraina Justru Bisa Jadi Jebakan Untuk Vladimir Putin, NATO Akan Diuntungkan Hal Ini

Afif Khoirul M
Afif Khoirul M

Penulis

(Ilustrasi) Vladimir Putin - Konflik Ukraina vs Rusia
(Ilustrasi) Vladimir Putin - Konflik Ukraina vs Rusia

Intisari-online.com - Hitung-hitungan kekuatan militer Rusia dan Ukraina tentu saja sangat jauh.

Seperti kita tahu, Ukraina adalah negara kecil dengan militer yang tidak begitu diperhitungkan dunia.

Berbeda denga Rusia yang merupakan salah satu kekuatan militer terbesar dunia saat ini.

Meski perbedaan kekuatan yang cukup jauh, dengan prediksi kemenangan mutlak Rusia.

Baca Juga: Pantas Seantero Bumi Cemas Jika Perang Rusia-Ukraina Pecah, 7 Tahun Silam 298 Orang Tak Berdosa Harus Meregang Nyawa Hanya Gara-gara 'Numpang Lewat'

Ternyata jika Rusia menginvasi Ukraina, Vladimir Putin justru bisa jatuh dalam perangkap yang sudah disiapkan Barat ini.

Menurut Christopher A. Hartwell, profesor kebijakan internasional dan kepala Institut Manajemen Internasional di Sekolah Hukum ZHAW di Zurich, Swiss.

Baru-baru ini berkomentar di Wall Street Journal (WSJ), bahwa Presiden Rusia Vladimir Putinbisa jatuh ke dalam perangkap jika memutuskan untuk menyerang Ukraina.

Menurut Profesor Hartwell, Rusia benar-benar mampu terjebak jika menyerang Ukraina.

Baca Juga: Konflik Rusia vs Ukraina Kian Memanas, 7 Negara Termaju di Dunia Ini Siap Bekingi Ukraina, Siapa Sangka Vladimir Putin Malah Lakukan Hal Tak Terduga Ini

Hal ini akan merusak reputasi dan upaya yang telah dibangun Putin selama lebih dari 20 tahun memimpin Rusia.

Secara historis, Ukraina telah dipengaruhi oleh Rusia sejak pemisahannya dari Persemakmuran Polandia-Lithuania pada abad 17.

Sejak itu, Ukraina telah dianeksasi oleh Kekaisaran Rusia dan kemudian Uni Soviet.

Pada tahun 2014, Presiden Ukraina pro-Rusia Viktor Yanukovych digulingkan, yang menyebabkan Ukraina beralih ke Barat, memicu konflik dengan Rusia.

Di satu sisi, Rusia diam-diam mendukung separatis di Ukraina timur, dan di sisi lain meluncurkan kampanye kilat untuk menguasai semenanjung Krimea, yang mengejutkan Barat.

Profesor Hartwell menilai Presiden Rusia Putin sangat pandai dalam perhitungan strategis.

Baca Juga: AS dan China Senewen, Hubungan Rusia-India Makin Mesra dalam Militer hingga Ekonomi Bak Tak Terpisahkan, Memangnya Kenapa?

Putin telah berhasil bertempur dalam perang 2000 di Chechnya, 2008 di Georgia, dan 2014 di Krimea.

Saat ini, peringkat persetujuan Putin di Rusia sedang menurun.

Masyarakat Rusia menghadapi banyak kesulitan akibat dampak epidemi Covid-19.

Profesor Hartwell mengatakan faktor objektif semacam itu bisa membuat Putin merasa perlu melakukan sesuatu yang besar, termasuk intervensi militer di Ukraina.

Profesor Hartwell mengatakan situasi saat ini berbeda dengan periode 2014-2015, ketika Rusia mampu mengejutkan Barat.

Ukraina sekarang jauh lebih kuat, baik secara ekonomi maupun militer.

Baca Juga: Seisi Dunia Menahan Napas! Vladimir Putin Mulai Menghitung Mundur Perang, Namun Bukan di Perbatasan Ukraina Tapi di Wilayah Sengketa Ini, Seluruh Kapal Perang Telah Berkumpul

Aktivitas militer dan konsentrasi senjata Rusia mau tidak lagi menarik perhatian Barat, sehingga menyulitkan Putin untuk meluncurkan kampanye militer secara mendadak, sehingga memberi Ukraina waktu untuk bereaksi.

Profesor Hartwell mengatakan bahwa Rusia dapat benar-benar bisa menderita kerugian besar di Ukraina, mirip dengan apa yang dihadapi Uni Soviet di Afghanistan, meskipun dengan sedikit perbedaan karena Ukraina adalah pintu gerbang ke Eropa.

NATO, meskipun tidak secara langsung melakukan intervensi militer, dapat secara aktif memberikan dukungan logistik dan saran untuk membantu Ukraina melancarkan perang gerilya selama bertahun-tahun, sehingga menyebabkan Rusia menderita kerugian besar.

Menurut Profesor Hartwell, Rusia tidak dapat menjadi kuat tanpa Ukraina tetapi juga dapat menjadi sangat lemah jika terperosok dalam konflik militer yang tak berkesudahan.

Apa yang perlu dilakukan Barat adalah membangun hubungan erat antar negara untuk berurusan dengan Rusia, sehingga Putin, jika dia bertekad untuk meluncurkan kampanye militer, dapat jatuh ke dalam perangkap yang sudah siap, ujar Profesor Hartwell menyimpulkan.

Artikel Terkait