Advertorial
Intisari-Online.com - Kerajaan Pajajaran didirikan oleh Sri Jayabhupati, menurut Prasasti Sanghyang Tapak.
Kerajaan yang berdiri pada pada tahun 923 M hingga 1597 ini merupakan kerajaan yang bercorak Hindu di Jawa Barat dengan pusat kerqajaan di Pakuan (Bogor sekarang).
Ia sering disebut sebagai Negeri Sunda, Pasundan, atau Pakuan Pajajaran.
Masa pemerintahan Sri Baduga Maharaja atau Prabu Siliwangi (1482-1521 M), disebut sebagai puncak kejayaan kerajaan Pajajaran.
Selain terkenal membawa kerajaan Pajajaran kepada masa keemasannya, ada kisah berkaitan dengan Prabu Siliwangi yang juga menarik.
Itu adalah kisah Prabu Siliwangi dan selirnya yang beragama Islam, dikenal sebagai Subang Larang.
Cerita tentang Subang Larang ini pun menjadi cerita rakyat Subang, tentang wanita muslim di tengah kerajaan Pajajaran yang bercorak Hindu.
Dia disebut berperan besar terhadap penyebaran agama Islam di wilayah Pasundan (Sunda).
Dilansir berbagai sumber, Nyai Subang Larang bernama asli Kubang Kencana Ningrum, lahir sekitar tahun 1404.
Ia adalah putri dari Ki Gedeng Tapa, seorang syahbandar (pejabat pemerintah) di pelabuhan Muara Jati, sebuah pelabuhan penting di utara Jawa Barat.
Dari Muara Jati itulah, diperkirakan Ki Gedeng Tapa dan keturunannya mulai mengenal Islam.
Ki Gendeng Tapa disebut menitipkan Kubang Kencana Ningrum kepada Syekh Quro untuk belajar Islam.
Syekh Quro merupakan nama lain dari Syekh Hasanudin, seorang ulama Islam yang tiba di Muara Jati dengan menumpang perahu dagang dari Campa pada tahun 1418.
Ia pergi ke Karawang dan mendirikan pasantren di daerah Pura, Desa Talagasari, Karawang, bernama Pesantren Quro. Dari sinilah ia dikenal sebagai Syekh Quro.
Kubang Kencana Ningrum belajar Islam selama 2 tahun bersama Syekh Quro.
Di pesantren Syekh Quro jugalah Kubang Kencana Ningrum mendapatkan gelar Sub Ang larang (Pahlawan berkuda), diberikan sang guru.
Singkat cerita, Subang Larang kembali ke Muara Jati pada tahun 1420 dan menjadi begitu tersohor di tatar Sunda.
Pesonanya berhasil memikat hati Prabu Siliwangi dan ia dipersunting Sang Raja pada tahun 1422.
Dari sanalah ia menjadi satu-satunya istri Raja Pajajaran yang memeluk agama Islam.
Disebut Uka Tjandrasasmita dalam bukunya berjudul Jakarta Raya dan Sekitarnya: Dari Zaman Pra Sejarah hingga Kerajaan Pajajaran (1977), Prabu Siliwangi jatuh hati kepada Subang Larang setelah mendengar keindahan suaranya melantunankan ayat suci Al-Qur’an.
Dikatakan pula, Nyai Subang Larang kemudian melahirkan para penyebar ajaran Islam di Jawa Barat seperti Raden Kian Santang, Walangsungsang (Pangeran Cakrabuana), dan Rara Santang (ibu Sunan Gunung Jati).
"Mereka dididik dengan nilai-nilai yang ada dalam ajaran Islam meskipun hidup di lingkumgan Hindu" tulis Uka Tjandrasasmita.
Meski hidup di tengah kerajaan bercorak Hindu, Nyai Subang Larang tetap berpegang teguh dalam keyakinannya dan tak goyah sedikitpun.
Cerita tentang selir Prabu Siliwangi, Nyai Subang Larang, dengan kekuatan iman dan toleransinya di tengah keberagaman itu pun menjadi inspirasi, khususnya bagi masyarakat Sunda.
(*)