Kelanjutan Krisis Evergrande China, Begini Cara Culas Pemerintah China Buat Bos Evergrande Melarat, Setelah Rampas Stadion Bola Mentereng Ini Malah Sekarang Tega Lakukan ini

May N

Editor

Aksi para pemain Guangzhou Evergrande (merah) dan tuan rumah Jeonbuk Hyundai Motors pada leg kedua 16 besar Liga Champions Asia 2019 di Jeonju World Cup Stadium pada 26 Juni 2019.
Aksi para pemain Guangzhou Evergrande (merah) dan tuan rumah Jeonbuk Hyundai Motors pada leg kedua 16 besar Liga Champions Asia 2019 di Jeonju World Cup Stadium pada 26 Juni 2019.

Intisari - Online.com -Ketua Grup Evergrande China, Hui Ka Yan, menjual saham senilai 1.2 miliar di perusahaan dengan harga rata-rata HK$ 2,68 atau setara USD 344 juta.

Kemudian Hui juga menjual 1,2 miliar saham dengan rata-rata HK$ 2,23 pada Kamis (25/11/2021) lalu, yang mengurangi kepemilikan Hui bersama istrinya menjadi masing-masing 67.87% dan 76.96%.

Evergrande telah terlilit utang dan menghadapi kesulitan lolos dari satu tenggat waktu pembayaran utang ke tenggat waktu pembayaran utang lainnya.

Utang mereka sebesar USD 300 miliar dan pemerintah China mengatakan Hui untuk menggunakan sebagian kekayaan pribadinya untuk membantu membayar pemegang obligasi.

Baca Juga: Senjata Makan Tuan, Sering Bikin Negara Miskin Terlilit Utang, Kini Giliran China yang Punya Utang Bejibun, Bahkan Ada Utang Rahasia yang Disembunyikan dalam Jumlah yang Tak Masuk Akal

Hui kini membayar utang perusahaannya dengan menjual berbagai aset mewah termasuk karya seni, kaligrafi, dan tiga rumah mewah.

Namun, keculasan pemerintah China menyedot uang bos Evergrande yang termasuk salah satu konglomerat China itu tidak berhenti di situ saja.

Mengutip Reuters, suatu lembaga pemerintah China telah mengambil alih stadion bola Evergrande dengan tujuan akan menjualnya.

Hal ini disampaikan oleh sumber yang tidak disebutkan namanya.

Baca Juga: Dunia Jangan Terkecoh dengan Bualan China Soal Krisis Evergrande, RupanyaProperti di Seantero Negeri Tirai Bambu Sudah Kadung Terkena 'Wabah Kota Hantu'

Sumber tersebut mengatakan jika Evergrande juga mempertimbangkan menjual tim sepakbola Guangzhou Football Club yang tidak menghasilkan uang.

Pembangunan 12 miliar yuan (USD 1.86 miliar) untuk Guangzhou Evergrande Football Stadium dimulai April tahun lalu untuk selesai pada akhir 2022, yang dibangun dengan tujuan menjadi lapangan bola terbesar.

Nsmun, Evergrande telah menunda konstruksi karena kekurangan uang dan adanya kontrol otoritas yang bertujuan menjual stadium tersebut, atau karena tidak ada pembeli, mendapatkannya lewat perusahaan pemerintah Guangzhou City Construction Investment Group.

Sumber lain mengatakan konstruksi telah berhenti selama setidaknya tiga bulan.

Baca Juga: Kota Hantu di China Terkuak Setelah Krisis Evergrande Mencuat, Seluruh Jerman Bahkan Bisa Tinggal di Kota Hantu yang Baru Terkuak Ini, Dunia Berang Bukan Main

Evergrande menolak berkomentar.

September lalu, mereka mengatakan pekerjaan untuk stadium berlangsung normal.

Evergrande dulunya adalah pengembang properti unggulan China tapi kini kesulitan untuk membayar utang kepada kreditor dan pemasok mereka.

Pemerintah lokal di seluruh China telah menyetir penjualan beberapa aset mereka.

Baca Juga: Dampaknya Mulai Terasa, Pailitnya Evergrande Berhasil Buat Saham-saham di Asia Terjun Bebas, Pakar Sebut Penyebabnya Bukan Hanya Evergrande Saja

Masalah Evergrande dalam memenuhi pembayaran obligasi luar negeri mengguncang pasar dan menjungkirbalikkan sektor properti yang lebih luas dengan serangkaian default pengembang dan penurunan peringkat kredit.

Ini mundur dari ambang default pada bulan lalu, membuat investor gelisah ketika mereka menunggu untuk melihat apakah itu dapat memenuhi kewajiban untuk membayar kupon yang telah jatuh tempo senilai $82,5 juta sebelum masa tenggang 30 hari berakhir pada 6 Desember.

Evergrande membeli kendali Guangzhou FC seharga 100 juta yuan pada 2010, dan melihat nilainya melayang di 19 miliar yuan sebelum delisting pada Maret.

Namun, klub telah mengalami jalan keluar profil tinggi dengan latar belakang kesengsaraan finansial pemiliknya.

Baca Juga: 'Senjata Pemusnah Massal Sektor Keuangan' Terancam Lahir Kembali di China, Indonesia Punya Sejarah Sukses Menghadapinya, Strategi SBY Ini Jadi Kuncinya

Pada bulan September, juara Liga Super China delapan kali itu mengatakan pelatih kepala Fabio Cannavaro telah pergi dengan persetujuan bersama.

Pemain depan kelahiran Brasil Ricardo Goulart, yang mengambil kewarganegaraan China untuk membantu China mencapai Piala Dunia, memutuskan kontraknya dengan klub, Reuters melaporkan bulan ini.

Sejak Agustus, sebuah sekolah sepak bola milik Evergrande telah memberhentikan lebih dari 100 staf karena keterbatasan likuiditas, kata seseorang yang dekat dengan sekolah dan seseorang yang mengetahui langsung situasi pemberhentian tersebut. Keduanya menolak untuk diidentifikasi karena sensitivitas masalah ini.

Artikel Terkait