Intisari-Online.com - Peringatan keras mengenai ancaman kelaparan muncul dari dalam maupun luar Korea Utara.
Pembelot yang kini tinggal di Korea Selatan memberi tahu BBC bahwa keluarga mereka di Utara akan kelaparan.
Menjelang datangnya musim dingin, muncul kekhawatiran bahwa orang-orang yang paling rentan akan kesulitan mendapatkan bahan pangan.
"Persoalan yang terjadi termasuk banyak anak menjadi yatim piatu, juga kematian terus menerus dilaporkan," kata Pemimpin redaksi Daily NK, Lee Sang Yong, yang memiliki sumber di Korea Utara.
Korea Utara selalu bergumul menghadapi krisis pangan, namun pandemi memperparah situasi yang sudah buruk menjadi lebih buruk.
Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un membandingkan situasi saat ini dengan bencana terburuk di negara itu yang dikenal sebagai "Pawai Sulit" pada 1990-an.
Saat itu, ratusan ribu orang meninggal karena kelaparan.
Situasi saat ini dianggap belum seburuk itu. Masih ada beberapa harapan.
Korea Utara tampaknya bersiap membuka kembali perbatasan dengan China, namun tidak jelas berapa banyak perdagangan dan bantuan yang dibutuhkan untuk memperbaiki kehancuran ekonomi di negara miskin itu.
Hasil panen tahun ini menjadi sangat krusial.
Sebagian besar pertanian tahun lalu hancur oleh serangkaian topan yang melanda.
Sementara itu, PBB memperkirakan negara itu kekurangan pasokan makanan untuk dua hingga tiga bulan.
Demi memastikan panen tahun ini sukses, puluhan ribu orang termasuk tentara dipekerjakan ke ladang untuk membantu mengumpulkan beras dan jagung.
Kim Jong Un juga dikabarkan telah memerintahkan agar setiap butir beras di negara itu harus diamankan dan setiap orang yang memakannya harus membantu memanen.
Dalam sejarah Korea Utara sendiri mencatat pernah terjadiseorang ayah yang kelaparan diberitakan telah dieksekusi karena membunuh kedua anaknya untuk dimakan.
Karena kebijakan tertutup yang dianut negara komunis ini, kelaparan tersembunyi terjadi di provinsi pertanian di Hwanghae Utara dan Selatan yang menewaskan hingga 10.000 orang.
Hal itu memicu kekhawatiran bangkitnya kembali kejadian manusia memakan sesamanya di negara komunis tersebut.
Kisah suram ini hanyalah salah satu kisah yang mencuat di saat para penduduk bertarung melawan kelaparan karena mengalami kekeringan dan kekurangan menyerang pertanian yang diperparah dengan para pejabat partai yang menyita makanan.
Menurut situsDailymail, Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un telah menghabiskan banyak uang untuk peluncuran dua roket, meski ada berbagai laporan soal kekurangan makanan di negara itu dan keprihatinan atas meninggalnya 10.000 orang karena kelaparan.
Beberapa reporter dariAsia Pressyang melakukan penyamaran mengatakan kepadaSunday Timesbahwa seorang pria bahkan berani menggali kuburan cucunya sendiri dan memakan mayat cucunya tersebut.
Bahkan ada seorang pria yang merebus anaknya sendiri untuk dimakan.
Peristiwa lain juga disebutkan adanya seorang ayah yang membunuh anak perempuan tertuanya saat istrinya sedang pergi dan kemudian membunuh anak laki-lakinya juga karena anaknya itu menyaksikan aksi brutalnya itu.
Saat istrinya kembali, sang suami mengatakan bahwa mereka memiliki 'daging', namun istrinya menjadi curiga dan menghubungi pejabat berwenang yang akhirnya menemukan bagian tubuh lain anak-anaknya itu.
(*)