Pesawat tempur bermesin ganda J-11B/D, J-15, dan J-16 China, pesawat tempur bermesin tunggal J-10, dan pesawat siluman J-20 semuanya dilengkapi dengan AESA.
Sementara itu, Rusia kurang dalam hal operasionalisasi AESA di pesawat tempur siluman Su-57 dan MiG-35.
Penggabungan luas radar AESA ke dalam desain China baru-baru ini menjamin bahwa mereka akan memiliki kemampuan sensor yang lebih baik dibandingkan dengan pesawat tempur Barat yang mutakhir.
Perang di luar jangkauan visual (BVR) bergantung pada rudal yang dapat melibatkan lawan pada jarak yang lebih jauh selain sensor dan dalam beberapa tahun terakhir, China telah mulai mengerahkan dua rudal BVR canggih.
Yang pertama adalah PL-12, yang memiliki kinerja yang sebanding dengan rudal AIM-120C AS dan mengungguli rudal R-77 BVR Rusia.
China juga telah memproduksi rudal PL-15, yang dikatakan memenuhi atau melampaui jangkauan rudal AIM-120D BVR AS terbaru.
Sementara itu, Rusia mengalami kesulitan dalam mengerahkan rudal R-77-1 dalam jumlah yang memadai.
Laporan RUSI menunjukkan bahwa rudal pencari panas jarak pendek R-73 Rusia memiliki reputasi keseluruhan yang unggul, mereka tidak memiliki sensor pencitraan inframerah yang dapat membedakan pesawat dari umpan suar, tidak seperti rekan-rekan China dan AS.
Teknologi mesin adalah salah satu area di mana China masih perlu mengungguli Rusia, Beijing terus membeli mesin turbofan Rusia saat mencoba mengembangkan alternatif lokal seperti WS-10B dan, akhirnya, WS-15 yang bertenaga.
Namun, seperti yang dilaporkan EurAsian Times, J-20 'Mighty Dragon' China, terlihat dengan mesin WS-10C yang diproduksi di dalam negeri di pameran udara Zhuhai.
Teknologi mesin jet adalah salah satu area di mana China tertinggal, tetapi sekarang hampir diurus, karena Beijing pada akhirnya dapat menggantikan turbofan AL-31F buatan Rusia dengan mesin asli yang hanya dapat dikuasai oleh beberapa negara.
Penulis | : | Tatik Ariyani |
Editor | : | Tatik Ariyani |
KOMENTAR