Intisari - Online.com -Sudah banyak dibahas di Intisari Online mengenai kisah-kisah unik seputar peradaban Mesir Kuno, mulai dari para Firaun dan permaisurinya.
Namun apakah Anda sudah mengetahui dengan pasti berapa lama zaman Mesir Kuno bertahan?
Sebagai salah satu peradaban paling hebat di dunia, Mesir Kuno bertahan beribu-ribu tahun lamanya.
Beginilah rentang garis waktu peradaban tersebut, dikutip dari History.
Selama hampir 30 abad, dari penggabungannya sekitar 3100 Sebelum Masehi (SM) sampai ditaklukan oleh Alexander Agung pada 332 SM, Mesir Kuno adalah peradaban besar di dunia Mediterania.
Dari piramida besar Kerajaan Lama sampai pembangunan militer Kerajaan Baru, Mesir Kuno sampai mendapat ilmu pengetahuannya sendiri: Egyptology.
Sumber utama informasi mengenai Mesir Kuno adalah berbagai monumen, obyek dan artefak yang telah ditemukan dari situs arkeologi, dengan hieroglif yang baru saja diterjemahkan.
Gambaran yang muncul adalah budaya yang baru sedikit menyamai keindahan seni, pencapaian arsitektur ataupun kekayaan tradisi agamanya.
Periode Pradinasti (5000 - 3100 SM)
Baru sedikit catatan tertulis atau artefak telah ditemukan dari Periode Pradinasti, yang berdiri setidaknya 2000 tahun dari perkembangan peradaban warga Mesir.
Komunitas Neolitik di timur laut Afrika mengganti perburuan dengan bercocok tanam dan mendapatkan keuntungan awal yang menjadi cikal bakal perkembangan seni Mesir dan kerajinan tangan, teknologi, politik dan agama (termasuk dunia setelah kematian).
Sekitar 3400 SM, dua kerajaan yang terpisah dibangun di sekitar Fertile Crescent, wilayah yang menjadi rumah bagi beberapa peradaban tertua di dunia: Tanah Merah di utara, berdasarkan delta Sungai Nil dan memanjang sepanjang Sungai Nil mungkin sampai ke Atfih; serta Tanah Putih di selatan, memanjang dari Atfih sampai Gebel es-Silsila.
Raja selatan, Scorpion, membuat upaya pertamanya menguasai kerajaan utara sekitar 3200 SM.
Satu abad kemudian, Raja Menes menggabungkan kerajaan utara dan selatan, menjadi raja pertama dari dinasti pertama.
Periode Archaic (Dinasti Awal) (3100 - 2686 SM)
Raja Menes mendirikan ibukota Mesir Kuno di Dinding Putih (nanti dikenal sebagai Memphis), di utara, dekat puncak delta Sungai Nil. Ibukota itu tumbuh menjadi kota besar yang mendominasi masyarakat Mesir selama periode Kerajaan Lama.
Periode Archaic melihat perkembangan dasar masyarakat Mesir, termasuk pentingnya ideologi memiliki raja. Bagi warga Mesir Kuno, raja mereka seperti dewa, dengan kekuatan disebutkan hampir sama dengan kekuatan dewa perkasa Horus.
Hieroglif tertulis paling tua juga tertanggal pada periode ini.
Pada Periode Archaic, seperti di periode lain, sebagian besar warga Mesir Kuno adalah petani tinggal di desa-desa kecil, dan pertanian (kebanyakan gandum) membentuk dasar ekonomi negara Mesir Kuno.
Banjir tahunan Sungai Nil menyediakan irigasi yang diperlukan dan menjaga kesuburan setiap tahun; petani menaman gandum setelah banjir dan memanennya sebelum musim kering.
Kerajaan Lama: Era Pembangunan Piramida (2686 - 2181 SM)
Kerajaan Lama dimulai dengan dinasti firaun ketiga. Sekitar 2630 SM, raja dinasti ketiga, Raja Djoser meminta Imhotep, seorang arsitek, pendeta dan tabib, untuk merancang monumen pemakaman untuk dirinya.
Hasilnya adalah bangunan batu besar pertama dunia, Piramida Tingkat di Saqqara, dekat Memphis.
Pembangunan piramida Mesir mencapai puncaknya dengan pembangunan Piramida Agung di Giza, pinggiran Kairo. Piramida ini dibangun untuk Khufu, yang memerintah dari 2589 sampai 2566 SM. Piramida kemudian dinamai oleh sejarawan klasik sebagai salah satu dari Tujuh Keajaiban Dunia dari Peradaban Kuno.
Sejarawan Yunani Kuno Herodotus memperkirakan jika diperlukan 100 ribu pria dan 20 tahun untuk membangunnya.
Dua piramida lain dibangun di Giza untuk penerus Khufu, Khafra (2558 - 2532 SM) dan Menkaura (2532 - 2503 SM).
Selama masa dinasti ketiga dan keempat, Mesir menikmati masa perdamaian dan kemakmuran, firaun memegang kekuatan besar dan menyediakan pemerintahan pusat yang stabil; kerajaan tidak menghadapi ancaman serius dari luar negeri; dan kampanye militer sukses di negara luar seperti Nubia dan Libya menambah kemajuan ekonomi mereka.
Dilanjutkan dinasti kelima dan keenam, kekayaan raja mulai berkurang, sebagian karena biaya besar pembangunan piramida, dan kekuatannya jatuh menghadapi pengaruh yang tumbuh dari kemurnian dan pendeta yang tumbuh di sekitar dewa matahari Ra. Setelah kematian Raja Pepy II dari dinasti keenam yang berkuasa untuk 94 tahun, periode Kerajaan Lama berakhir dalam kekacauan.
Periode Menengah Pertama (2181 - 2055 SM)
Karena hancurnya Kerajaan Lama, dinasti ketujuh dan kedelapan terdiri dari pergantian para penguasa di Memphis sampai 2160 SM, ketika otoritas pusat benar-benar hancur, menyebabkan perang sipil antara pemerintahan provinsi. Situasi kacau ini meningkat dengan serangan Bedouin dan ditambah oleh kelaparan dan penyebaran penyakit.
Dari era ini konflik muncul antara dua kerajaan yang berbeda: garis 17 penguasa (dinasti 9 dan 10) yang ada di Heracleopolis yang menguasai Mesir Tengah antara Memphis dan Thebes, sedangkan keluarga lainnya yang kekuasaannya naik di Thebes menantang penguasa Heracleopolitan.
Sekitar tahun 2055 SM, pangeran Theban Mentuhotep berusaha mengalahkan Heracleopolis dan menyatukan Mesir, memulai dinasti ke-11 dan mengakhiri Periode Menengah Pertama.
Perjalanan Mesir Kuno sampai ditakukan Alexander Agung masih panjang lagi.
Simak penjelasan kami selanjutnya.