Intisari - Online.com - Dunia belum sepenuhnya pulih dari Covid-19.
Meskipun saat ini kondisinya mulai terkendali dan pembatasan sudah mulai dilonggarkan, tapi ancaman varian baru masih mengintai.
Hal ini karena vaksinasi belum merata di seluruh dunia.
Sementara itu, walaupun negara tetangga ini sudah melakukan serangkaian lockdown dan beberapa pembatasan paling ketat, tapi penanganan mereka terbilang masih buruk.
Ialah Filipina, yang menurut Peringkat Ketahanan Covid Bloomberg, menjadi tempat terburuk di dunia selama pandemi.
Mengutip Asia Times, hal ini rupanya karena salah penanganan yang dilakukan pemerintah Presiden Rodrigo Duterte.
Seperti biasa, salah penanganan terjadi karena negara menggebu ingin menyeimbangkan antara kesehatan publik dan krisis ekonomi.
Filipina juga menjadi negara peringkat bawah dalam peringkat global Indeks Pemulihan dari Nikkei Asia, berada di peringkat ke-121 dari 121 negara di dunia.
Tanda pulihnya rentan, sementara ada ketakutan terus-terusan ledakan kasus baru.
Ekonomi Filipina menderita kontraksi produk domestik bruto (PDB) lima kuartal berturut-turut sejak tahun lalu.
Bank Dunia telah memvonis prediksi pertumbuhan ekonomi negara ini hanya 4.3% mengikuti kontraksi hampir 10% tahun lalu.
Filipina awalnya diharapkan mendapatkan tingkat pertumbuhan 6-7% di 2021, sehingga bisa berada di jalur pemulihan penuh pada pertengahan 2022.
Karena "dampak ketakutan" mendalam dari pandemi, Filipina mungkin perlu lebih dari 3 tahun sebelum benar-benar pulih dari kondisi sekarang, menurut raksasa perbankan Jepang, Mitsubishi UFJ Financial Group (MUFG).
Duterte sudah dicap melakukan kinerja yang buruk, tapi ia bertekad untuk terus berkuasa dengan segala upaya yang diperlukan.
Ia dilaporkan masih meninjau tiket potensial bergabung dengan Ferdinand "Bongbong" Marcos Jr, yang saat ini memimpin suara, untuk pemilihan presiden tahun depan.
Duterte hanya mengawasi sumber daya negara yang sangat besar untuk bantuan pandemi, dan juga mengumpulkan cadangan besar vaksin Covid-19, dan dengan itu Duterte yakin ia bisa memenangkan masa jabatan kedua walaupun batas menjabat hanya satu kali masa jabatan saja.
Sementara itu, vaksin baru disistribusikan di daerah yang mendukungnya tapi kurang akan sumber daya.
Meski begitu, kemenangan Duterte tampaknya akan dijegal oleh penanganan Covid-19.
Filipina memang berhasil menurunkan kasus harian dari 21 ribu turun menjadi 5000 saja pada hari-hari ini, tapi pelacakan kontak yang lemah, pelaporan yang kurang birokratis dan tingkat angka positif yang tinggi menyembunyikan tingkat infeksi sebenarnya dari negara tersebut, seperti dikatakan pakar dan analis.
Di Metro-Manilla, ibukota politik Filipina dan jantung ekonomi, sebanyak 83 lingkungan masih berada di bawah lockdown mikro walaupun kini bertransisi ke pembatasan lebih ringan untuk membantu pemulihan ekonomi.
Di bawah lockdown waspada tingkat 3, beberapa usaha diperbolehkan beroperasi sampai 30% kapasitas indoor, hanya untuk warga yang sudah divaksin sebelumnya, dan full 50% kapasitas aktivitas outdoor, menyediakan semua pekerja harus sudah divaksin.
"Kami masih harus memastikan keamanan orang-orang kami karena ketakutan ledakan kasus Covid-19 lainnya," ujar pemimpin Polisi Nasional Fillipina, Jenderal Guillermo Eleazar.
Namun vaksinasi yang sudah dipercepat dalam kuartal akhir tahun, tetap tidak merata.
Kebanyakan vaksinasi hanya ada di ibukota negara.
Kebanyakan perkotaan dan wilayah miskin Filipina mungkin tidak mencapai imunitas kelompok sampai tahun depan.
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini