Intisari-Online.com- Kisah Nabi Musa merupakan salah satu mukjizat yang paling terkenal.
Alkisah, setelah melarikan diri dan kemudian dikejar oleh orang Mesir, Nabi Musa dan orang-orang Yahudi berhenti ketika sampai di pinggir laut.
Mereka berseru kepada Nabi Musa bahwa sebentar lagi pasukan Firaun dapat menyusul.
Pada saat itu keadaan benar-benar genting dan terhimpit, Nabi Musa berusaha menenangkan para pengikutnya. Setelah itu turunlah wahyu kepada Musa.
“Pukullah lautan itu dengan tongkatmu,” Maka terbelahlah lautan itu dan tiap-tiap belahan adalah seperti gunung yang besar.
Setelah lautan terbelah, Nabi Musa dan para pengikutnya bisa menyeberangi lautan dengan selamat.
Lalu, lautan kembali seperti semula, Firaun dan bala tentaranya yang mengikuti kemudian tenggelam di tengah lautan.
Identitas Firaun dalam kisah Musa telah banyak diperdebatkan.
Tetapi banyak sarjana cenderung menerima bahwa Firaun yang berhadapan dengan Musa merupakan Raja Ramses II.
Alkitab menegaskan bahwa orang Israel akan membangun "kota-kota persediaan, Pithom dan Ramses, untuk Firaun."
Catatan-catatan Mesir mengkonfirmasi bahwa raja-raja dinasti ke-19 (sekitar 1293–1185 SM) meluncurkan program militer besar di Levant.
Sebagai bagian dari upaya ini, Raja Seti I (1290-1279 SM) membangun kota garnisun baru, yang penggantinya, Ramses II (1279-1213 SM), kemudian dipanggil sebagai Pi-Ramesses.
Ramses II juga membangun kota kedua yang didedikasikan untuk pelindung pribadinya, Atum, yang disebut Per Atum.
Kedua kota ini sangat mungkin adalah Ramses dan Pithom dalam Alkitab.
Asal Mesir dari cerita ini juga menekankan dengan nama “Musa.”
Terlepas dari itu, tahukah Anda bahwa peristiwa membelah Laut Merah, dapat dijelaskan secara ilmiah?
Para ilmuwan Amerika Serikat mengatakan bahwa angin timur yang bertiup kencang telah membantu Nabi Musa dalam membelah Laut Merah seperti yang tertulis dalam kitab suci agama Samawi.
Simulasi komputer memperlihatkan bagaimana angin dapat menghempaskan air laut sehingga mencapai dasar lautan dan membentuk laguna, kata kelompok peneliti di Badan Nasional Penelitian Atmosfir dan Universitas Colorado di Boulder.
"Simulasi tersebut hampir cocok dengan bukti pada rombongan Musa," kata pemimpin penelitian itu, Carl Drews dari NCAR.
Menurut Drews, berdasarkan ilmu fisika, angin dapat menghempaskan air menjadi sebuah jalur yang aman untuk dilintasi karena sifatnya yang luwes, kemudian kembali mengalir seperti semula.
Baca Juga:Teori Bulan dan Pasang Air Laut dalam Mukzizat Nabi Musa
Menurut kitab suci Islam dan Kristen, Musa memimpin umat Yahudi keluar dari Mesir saat dikejar Firaun 3.000 tahun yang lalu.
Laut Merah saat itu terbelah sementara sehingga membantu rombongan Musa bisa melintas tetapi kemudian menutup kembali yang menenggelamkan para tentara Firaun.
Drews dan kelompoknya meneliti tentang angin topan yang berasal dari Samudera Pasifik yang menciptakan badai besar yang dapat menghempaskan air di laut dalam.
Kelompoknya menunjukkan, kawasan selatan Laut Mediterania yang diduga menjadi tempat penyeberangan itu, dan memaparkan bentuk tanah yang berbeda karena terbentuk setelahnya serta memicu isu mengenai lautan yang terbelah.
Pemaparan tersebut membutuhkan bentuk tapal kuda Sungai Nil dan laguna dangkal di sepanjang garis pantai.
Hal ini memperlihatkan angin berkecepatan sekitar 101 kilometer per jam yang berhembus selama 12 jam, dapat menghempaskan air pada kedalaman sekitar dua meter.
Baca Juga:Karam di Sungai Nil, Kapal Berusia 2.500 Tahun Malah Ungkap Kebenaran Tentang Perahu Mesir Kuno
"Laguna itu memiliki panjang sejauh 3-4 kilometer dan lebar sejauh lima kilometer yang terbelah selama empat jam," kata mereka di dalam Jurnal Perpustakaan Umum Ilmu Pengetahuan, PloS ONE.
"Masyarakat telah dibuat kagum atas cerita pembelahan laut itu, membayangkan bahwa hal itu terjadi secara nyata," kata Drew menambahkan bahwa penelitian ini menjelaskan tentang pembelahan laut tersebut berdasarkan hukum fisika.
(*)