Intisari - Online.com -Lagi-lagi, Emmanuel Macron kembali mengejar hak memilih untuk para konservatif sayap kanan melalui penelusuran mendalam sejarah Perancis di Aljazair.
Namun kali ini, upayanya menunjukkan pengetahuan sejarahnya yang lemah, seperti mengutip Middle East Monitor.
Duduk bersama 18 cucu dari Herkis Aljazair, yang berperang bersama kolonial Perancis selama Perang Kemerdekaan Aljazair antara 1954-1962, ia berupaya mengecilkan dampak dilanggarnya janji yang telah dibuat oleh pemerintahan konsekutif Perancis.
Ia kemudian lanjut lagi mengklaim bahwa "sejarah resmi Aljazair telah ditulis ulang, tidak berdasarkan kebenaran, tapi berdasarkan kebencian terhadap Perancis."
Macron menyalahkan Aljazair atas kebencian mendalam mereka terhadap Perancis dengan mengklaim jika mereka tidak menulis narasi asli mengenai sejarah era kolonial Perancis.
Ini artinya dia menyangkal bahwa semua pembantaian yang dilakukan terhadap warga Aljazair yang dilakukan pemerintah kolonial Perancis selama 132 tahun.
Argumen Macron terbilang rendah karena siapapun dengan pengetahuan sejarah mengetahui jika sejarah Aljazair ditulis sebagian besar oleh sejarawan Eropa, terutama Perancis.
Itulah sebabnya, jika ada misinformasi dan mitos, Aljazair seharusnya tidak disalahkan atas hal itu.
Selama 132 tahun kolonisasi, Perancis melakukan pembersihan etnis yang sistematis dan kejahatan perang.
Mereka bekerja keras untuk menghapus konsep kewarganegaraan Aljazair dan membuat negara tersebut bagian dari Perancis, entah dengan membunuh penduduk aslinya atau "mengubah mereka menjadi Perancis" melalui melepas mereka dari budaya dan keagamaan mereka.
Pemerintah kolonial Perancis menghancurkan masjid-masjid, menghentikan pengamatan dan menandai acara Islam dan Aljazair dan membuat bahasa Perancis sebagai bahasa resmi negara tersebut.
Perancis melakukan pembunuhan massal di kota-kota dan desa-desa Aljazair, dan mengganti warga Aljazair dengan warga-warga Perancis.
Perancis menciptakan 5.4 juta martir Aljazair, termasuk hampir 1,5 juta terbunuh dalam 6 tahun saja, selama Perang Kemerdekaan (1954-1962).
Perancis meninggalkan Aljazair dan masih mencuri sumber daya mereka melalui perwalian yang didukung secara internasional lewat bekas koloni, dan mencegah rakyatnya dari melakukan perkembangan nyata.
Negara adidaya dunia tanpa malu juga menerima hal ini.
Mengikuti Perang Kemerdekaan, Perancis menetapkan penguasa yang mengklaim mereka telah memimpin negara untuk warganya.
Namun, para penguasa ini adalah agen Perancis, termasuk Presiden Aljazair saat ini, Abdelmadjid Tebboune, yang diduga marah atas pernyataan Macron.
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini