Intisari-online.com - Reunifikasi Taiwan tampaknya memang benar-benar tak bisa dihindari.
Awalnya China memang membujut Taiwan secara baik-baik, untuk bergabung kembali dengan China dengan cara damai.
Namun, keinginan kuat Taiwan memaksa China melakukan tindakan keras dengan cara militer.
China berulangkali memasuki wilayah Taiwan dengan menggunakan pesawat militernya.
Tak hanya itu saja, presiden China sendiri telah bersabda bahwa reunifikasi Taiwan dengan China adalah hal mutlak.
Ini sama halnya dengan China, saat mereka melakukan klaim sepihak atas Laut China Selatan.
Presiden China Xi Jinping pada 9 Oktober menyatakan harapan bahwa Taiwan dapat bersatu kembali secara damai dengan China daratan.
Lalu memperingatkan mereka yang menentang keinginan ini akan "dinilai oleh sejarah".
"Reunifikasi damai paling sejalan dengan kepentingan nasional China, serta kepentingan rekan-rekan patriotik di Taiwan," kata Xi selama peringatan 110 tahun Revolusi Xinhai di Upacara Akbar, People's Street, menurut SCMP.
Revolusi Xinhai dimulai di Wuchang, sekarang Wuhan, yang menyebabkan jatuhnya Dinasti Qing.
Ini adalah pidato Xi yang paling menonjol di Taiwan sejak peringatan 100 tahun berdirinya Partai Komunis pada 1 Juli 2021.
"China dan Taiwan harus mematuhi kebijakan dasar reunifikasi damai, membangun sistem satu negara, dua sistem, mematuhi prinsip Satu China dan konsensus 1992, dan mempromosikan pembangunan perdamaian di kedua sisi selat," kata Xi.
"Separatisme kemerdekaan Taiwan adalah hambatan terbesar bagi tujuan reunifikasi nasional, dan juga potensi bahaya paling serius bagi upaya peremajaan nasional," tambahnya.
"Melupakan leluhur, mengkhianati tanah air dan mencoba memecah belah negara tidak akan berakhir dengan baik," jelasnya.
Tanpa menyebut negara mana pun secara langsung, Xi memperingatkan adanya campur tangan pihak luar.
"Taiwan adalah murni urusan dalam negeri China, dan tidak ada kekuatan luar yang diizinkan untuk ikut campur," kata Xi.
"Kedua sisi Selat Taiwan perlu berdiri di sisi kanan dan bergandengan tangan untuk berkontribusi pada tujuan reunifikasi lengkap dan peremajaan nasional. Tugas bersejarah reunifikasi nasional lengkap dapat dan akan menjadi kenyataan," tambah Xi. .
Pernyataan tersebut disampaikan Presiden China dalam konteks hubungan lintas selat antara Taiwan dan Taiwan berada pada titik terburuk dalam 40 tahun.
Militer China mengirim hampir 150 pesawat untuk mengancam Taiwan dari 1 hingga 4 Oktober, di mana, pada 4 Oktober, memecahkan rekor dengan 56 pesawat.
Xi membuat pernyataan yang jauh lebih lembut kali ini daripada pada Januari 2019, ketika Xi mengatakan bahwa "Cina cepat atau lambat harus menarik Taiwan, jika perlu, harus menggunakan kekuatan".
Presiden Taiwan Tsai Ing-wen juga diharapkan memberikan pidato pada peringatan 110 tahun Revolusi Xinhai pada 10 Oktober.
Ini juga menjadi peluang bagi Tsai untuk menanggapi pernyataan terbaru Xi.