Intisari-online.com - Sejauh ini pemerintah Indonesia terus melakukan perpanjangan Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM).
Namun, yang berbeda dari perpanjangan PPKM kali ini, ada sejumlah kota yang turun level.
Ada yang berada di level 2 hingga 1 dan kebanyakan berada di level 3.
Khusus untuk level rendah seperti 1 dan 2 beberapa kota ini akan memulai kembali hidup normal dan semua mulai dibuka kembali.
Meski demikian, masyarakat tetap harus mematuhi protokol kesehatan meski beberapa kota sudah dibuka.
"Masyarakat tetap harus pakai masker, tapi tidak harus berdiam diri di rumah seperti dulu, bisa berkumpul dengan bebas," kata seorang pejabat senior Indonesia.
Bahkan situasi ini pun turut disoroti oleh media asal Singapura Straits Times, di mana salah satu kota di Indonesia ini akan digunakan untuk uji coba hidup berdampingan dengan Covid-19.
Menurut Straits Times, kehidupan akan kembali normal di kota Blitar, di provinsi Jawa Timur, minggu depan.
Ini adalah kota pertama di Indonesia yang "dikembalikan ke kehidupan normal" karena pejabat Indonesia sedang menguji metode "hidup dengan Covid-19".
Langkah itu dilakukan ketika negara terpadat di Asia Tenggara itu telah mengendalikan gelombang penyakit terbaru, yang pecah pada Mei tahun ini.
Rata-rata jumlah infeksi dalam 7 hari mencapai puncaknya pada pertengahan Juli di Indonesia dengan lebih dari 50.000 kasus/hari. '
Kini jumlah tersebut turun menjadi 1.700 kasus/hari. Demikian pula rata-rata angka kematian 7 hari juga mengalami penurunan, dari 1.700 kasus/hari pada awal Agustus menjadi hanya 100 kasus/hari.
"Kami sedang melakukan eksperimen dengan mengembalikan kehidupan kota Blitar menjadi normal," kata Luhut Pandjaitan, ajudan dekat Presiden Indonesia Joko Widodo dan penanggung jawab koordinasi upaya pencegahan Covid-19 yang menyebar di Jawa dan Bali, mengatakan.
"Masyarakat tetap harus pakai masker, tapi tidak perlu berdiam diri di rumah seperti dulu, bisa berkumpul dengan bebas," kata Luhut kepada Straits Times melalui telepon pada akhir pekan lalu.
Luhut menekankan, kepatuhan ketat terhadap tindakan pencegahan penyakit masih penting dan orang-orang yang terlibat dalam kegiatan sosial harus divaksinasi penuh terhadap Covid-19.
Sesuai regulasi Indonesia dengan kota-kota dengan penyebaran Covid-19 yang rendah seperti Blitar, pertokoan dan pusat perbelanjaan hanya dapat beroperasi pada kapasitas 75%.
Sekolah mempertahankan kapasitas 50%, yang berarti siswa akan pergi ke sekolah pada hari yang berbeda.
Namun, peraturan tersebut akan dicabut di Blitar minggu depan.
Blitar, seperti banyak kota lain di Indonesia, mencatat tingkat penyebaran Covid-19 yang rendah dan tingkat vaksinasi yang tinggi.
Jumlah infeksi baru Covid-19 di kota-kota tersebut kurang dari 20 kasus per 100.000 orang per minggu.
Tingkat pasien Covid-19 yang dirawat di rumah sakit juga rendah, 5 kasus per 100.000 orang.
Seperti India, Inggris, dan AS, Indonesia juga menderita varian Delta yang mengamuk tahun ini.
Strain paling menular saat ini masuk ke Indonesia mulai Maret tahun ini.
Sejak Juni, jumlah infeksi mutan Delta menyumbang 90% dari seluruh infeksi Covid-19 di Indonesia.
Program vaksinasi nasional Indonesia yang dimulai pertengahan Januari tahun ini sangat bergantung pada vaksin CoronaVac (Sinovac).
Selain itu, beberapa vaksin lain seperti Pfizer atau AstraZeneca juga digunakan oleh negara Asia Tenggara ini.
Menurut Bank Dunia, Indonesia merupakan salah satu dari tujuh negara yang telah mendistribusikan 10 juta dosis vaksin Covid-19 per 31 Agustus.
Namun, beberapa ahli epidemiologi lokal menyarankan orang untuk berhati-hati.
Mereka memperingatkan bahwa Indonesia mungkin menghadapi gelombang ketiga penyebaran Covid-19, ketika langkah-langkah jarak sosial dicabut.
Pemerintah Indonesia siap menghadapi segala kemungkinan.
Negara di Asia Tenggara itu baru-baru ini meningkatkan pembangunan fasilitas karantina terkonsentrasi di sejumlah provinsi, memastikan peralatan dan staf medis selalu siap menghadapi jika ada gelombang infeksi baru.
"Jika kita tetap disiplin dan melakukan semuanya secara konsisten, Indonesia dapat menghindari gelombang ketiga penularan," kata Luhut.
"Jika jumlah infeksi baru meningkat, kami akan segera memindahkan kasus-kasus ini ke tempat karantina terpusat," imbuh Luhut.
"Selain itu, apakah gelombang penularan berikutnya dapat dihindari. atau tidaknya tergantung seberapa berbahaya strain baru tersebut,"Jelas Luhut.