Advertorial
Intisari-Online.com - Sejak dulu, banyak anak Indonesia telah menorehkan prestasi internasional.
Salah satunya dicapai anak-anak SD Papua yang berhasil mempersembahkan 4 emas, 5 perak, dan 3 perunggu dalam Asian Science and Mathematics Olympiad for Primary School pada 2011 silam.
Ajang itu sendiri merupakan yang pertama kali digagas dan diselenggarakan di Indonesia.
Olimpiade Matematika dan Sains untuk siswa SD se-Asia tersebut diikuti 131 peserta, terdiri dari 87 siswa untuk bidang Matematika dan 44 peserta untuk bidang Sains.
Baca Juga: Mudah Terlena pada Pencapaian Diri Sendiri hingga Akhirnya Jatuh, Pahami Ciri-ciri Star Syndrome!
Peserta yang mengikutinya berasal dari Indonesia, Malaysia, dan Filipina.
Begitu membanggakan prestasi yang ditorehkan oleh bocah-bocah pedalaman Papua untuk Indonesia.
Tetapi yang tak kalah pentingnya adalah sosok di balik kesuksesan mereka.
Ialah Yohanes Surya, sosok penggagas Asian Science and Mathematics Olympiad for Primary School (ASMOPS) sekaligus pendiri Surya Institute.
Berhasil membawa anak-anak pedalaman Papua menorehkan prestasi, Yohanes membuktikan sebuah hal penting, yaitu bahwa 'tidak ada anak yang bodoh'.
Melansir Kompas.com pada jumat (18/11/2011), Yohanes menyebutkan, prestasi anak-anak Papua mengangumkan.
Sebelum mengikuti ajang tersebut, banyak anak-anak SD dari Papua yang masih sulit menghitung.
Namun, proses dan hasil olimpiade tersebut membuktikan kemampuan mereka yang sesungguhnya.
Yohanes menggagas pelatihan lewat Matematika Gasing, singkatan dari Gampang Mengasyikan, untuk anak-anak Papua.
Setelah melalui pelatihan tersebut, nyatanya anak-anak Papua mampu menunjukkan prestasi.
mereka menunjukkan gebrakan luar biasa, bahkan hingga meraih berbagai penghargaan termasuk medali emas.
Di antara anak-anak peraih medali emas adalah Kristian Murib (Wamena), Merlin Kogoya (Tolikara), Kohoin Marandey (Sorong Selatan), dan Ayu Rogi (Waropen).
Sementara mereka yang meraih medali perak adalah Syors Srefle (Sorong Selatan), Natalisa Dori (Waropen), Nikolaus Taote (Mimika), dan Emon Wakerwa (Tolikara).
Adapun medali perunggu dipersembahkan Alex Wanimbo (Lani Jaya), Boni Logo (Wamena), dan Ester Aifufu (Sorong Selatan).
Bahkan bagi Kristian Murib, penghargaan yang ia peroleh melalui olimpiade tersebut adalah medali kedua.
Sebelumnya, ia meraih perunggu dalam ajang Olimpiade Sains Nasional 2011 di Manado, Sulawesi Utara.
Anak-anak pedalaman tersebut juga berasal dari latar belakang yang berbeda.
Kohoin Mrandey, merupakan anak yatim yang berasal dari keluarga kurang mampu.
Ibunya sulit sekali mencari penghasilan yang cukup untuk makan sehari-hari.
Tetapi rupanya kondisi tersebut tak menjadi alasan untuknya menyerah.
Dalam ajang ASMOPS pertama di bidang Matematika ini ada 11 siswa peraih emas, 16 siswa peraih perak, dan 18 siswa peraih perunggu.
Untuk bidang Sains, ada 7 siswa peraih emas, 9 siswa peraih perak, dan 9 siswa peraih perunggu.
Anak-anak pedalaman Papua tersebut berhasil menunjukkan bahwa bagaimana pun kondisi lingkungan mereka, masih ada jalan untuk berprestasi.
Juga bagaimana pentingnya peran sosok seperti Yohanes Surya yang dengan giat mendorong dan membimbing mereka.
(*)