Intisari-Online.com – Sebuah sumber mengatakan unit pengawas lingkungan Korea Utara telah membuat resmi pernyataan yang memperingatkan orang untuk tidak mendiskusikan kesehatan Kim Jong-Un, sang pemimpin Korea Utara Ini.
Melansir Daily Mail, Jumat (20/8/2021), sebuah sumber yang tidak ingin disebutkan namanya, mengatakan, "Unit pengawas Korea Utara juga mengatakan penurunan berat badan secara tiba-tiba bukan karena masalah kesehatan, melainkan karena dia menderita dalam kesendirian demi negara dan orang-orang dalam krisis.”
Seperti yang pernah terjadi dalam setiap bencana, termasuk bencana alam, perang, bahkan bencana kelaparan, maka hampir dipastikan anak-anaklah yang selalu menjadi korban.
Termasuk yang terjadi di Korea Utara ini, yang memaksa orang untuk melakukan apa pun demi bisa mendapatkan makanan.
Keditaktoran dari kepemimpinan Kim Jong-Un inilah yang membuat rakyatnya menderita dalam kelaparan dan melakukan caranya sendiri untuk bisa makan.
Seorang ayah yang kelaparan diberitakan telah dieksekusi karena membunuh kedua anaknya untuk dimakan.
Kebijakan tertutup yang dianut negara komunis ini, menyebabkan kelaparan tersembunyi terjadi di provinsi pertanian di Hwanghae Utara dan Selatan.
Akibat kelaparan itu menewaskan hingga 10.000 orang.
Kelaparan itu pulalah yang memicu kekhawatiran bangkitnya kembali kanibalisme di negara komunis tersebut.
Itu hanyalah salah satu kisah yang terekspos di saat para penduduk bertarung melawan kelaparan di negara itu.
Kelaparan terjadi karena kekeringan dan kekurangan menyerang pertanian yang diperparah dengan para pejabat partai yang menyita makanan.
Pemimpin Korea Utara Kim Jong-Un, menurut situs Dailymail, telah menghabiskan banyak uang untuk peluncuran dua roket.
Padahal, ada berbagai laporan soal kekurangan makanan di negara itu dan keprihatinan atas meninggalnya 10.000 orang karena kelaparan.
Reporter dari Asia Press yang melakukan penyamaran mengatakan kepada Sunday Times, bahwa seorang pria bahkan berani menggali kuburan cucunya sendiri dan memakan mayat cucunya itu.
Ada pula seorang pria yang merebus anaknya sendiri untuk dimakan, karena kelaparan yang merajalela.
Peristiwa lain juga dilaporkan bahwa seorang ayah membunuh anak perempuan tertuanya saat istrinya sedang pergi dan kemudian membunuh anak laki-lakinya juga karena anaknya itu menyaksikan aksi brutalnya.
Ketika istrinya kembali, sang suami hanya mengatakan bahwa mereka memiliki ‘daging’.
Namun, istrinya menjadi curiga dan menghubungi pejabat berwenang, yang kemudian menemukan bagian lain dari tubuh anak-anaknya itu.
Para jurnalis melaporkan bahwa stok makanan disita dari dua provinsi untuk diberikan kepada penduduk di Pyongyang.
Salah satu pejabat Partai Buruh Korea yang berkusa, lapor Sunday Times, mengatakan bahwa di satu desa di kawasan Chongdan, menjadi gila karena kelaparan.
Pria itu merebus anaknya sendiri, memakan daging anaknya, namun akhirnya ditangkap
Koran pemerintah Korea Utara, belum lama ini, mengumumkan agar seluruh warga bersiap untuk makan akar rumput dalam menghadapi musim kelaparan yang akan datang.
Namun, koran itu menyatakan bahwa warga Korea Utara tidak boleh menyalahkan pemimpin mereka, Kim Jong-Un, jika jutaan rakyat mati kelaparan.
"Bahkan jika kita sampai tidak sanggup lagi, kita tetap harus menunjukkan kesetiaan kepada pemimpin kita, Kim Jong-un, hingga ajal tiba," demikian tulisan di tajuk surat kabar di Korea Utara.
Laporan dari The Telegraph menyatakan, bahwa rakyat di Ibu Kota Pyongyang sudah diperintahkan untuk memberikan beras sebanyak 1 kilogram kepada negara.
Entah apa yang akan terjadi kemudian, namun kini banyak warga sudah mulai menyetok makanan untuk menghadapi gelombang kelaparan. (Soesanti Harini Hartono)
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik? Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di https://www.gridstore.id/brand/detail/27/intisari