Intisari-Online.com - Pejabat kesehatan India berlomba mencegah ancaman baru wabah virus nipah yang mematikan, ketika negara Asia Selatan itu berupaya mengejar vaksinasi Covid-19 setelah awal yang lambat.
Menurut CBS News, upaya pengendalian wabah dilakukan di negara bagian selatan Kerala.
Beberapa infeksi telah dilacak dan seorang anak laki-laki berusia 12 tahun dilaporkan meninggal karena virus nipah sejauh ini.
Virus ini dianggap lebih mematikan daripada Covid-19, dan sejauh ini 20 orang yang dianggap kontak utama dengan anak yang meninggal telah dikarantina atau dirawat di rumah sakit.
Setidaknya dua pekerja rumah sakit juga dicurigai telah terinfeksi.
Petugas kesehatan mengumpulkan sampel darah dari seekor kambing untuk menguji virus, setelah seorang bocah lelaki berusia 12 tahun meninggal karena virus nipah di Kozhikode, negara bagian Kerala, India, pada Selasa (7/9/2021) melansir NY Daily News.
Negara bagian selatan India itu dengan cepat meningkatkan upaya menghentikan potensi wabah virus nipah yang mematikan, meski terus berjuang melawan jumlah kasus virus corona tertinggi di negara tersebut.
Dilansir dariExpress.co.uk, Rabu (17/3/2021), patogen ini memiliki tingkat kematian lebih dari 75 persen.
Baca Juga: Virus Mematikan yang Tak Bisa Diobati Muncul di India, Dunia Terancam?
Gejalanya yakni muntah, kejang, dan pembengkakan otak.
Virus ini menyebar di populasi kelelawar buah.
Wabah terakhir di India, yang terjadi di Kerala, menewaskan 17 anggota keluarga yang beranggotakan 18 orang.
Infeksi mereka dilacak ke kelelawar buah yang ditemukan mati di sumur air minum keluarga itu.
Sementara ituBerbicara kepada Kantor Berita A24, Dokter Veasna Duong, dari Unit Virologi di Institut Pasteur di Battambang, Kamboja, mengungkap:
"Menurut pendapat saya, virus itu termasuk di antara lima kandidat teratas untuk pandemi berikutnya."
"Hanya dibutuhkan satu kesempatan bahwa virus itu dapat menular ke manusia dan menyebar seperti api dalam populasi manusia."
Virus nipah pertama kali ditemukan pada 1999 dan telah menewaskan lebih dari 260 orang, semuanya di Asia Selatan dan Tenggara.
WHO memperingatkan bahwa buah yang diduga terkena urin atau air liur dari kelelawar yang terinfeksi dapat dikonsumsi dengan aman setelah dicuci dan dikupas secara menyeluruh.
Namun, disarankan untuk buah dengan bekas gigitan yang terlihat di dalamnya agar segera dibuang.
(*)