Intisari-Online.com - Setelah hampir tiga minggu menguasai Afghanistan, Taliban akhirnya mengumumkan kabinet sementara dalam pemerintahan baru Afghanistan.
Hal itu membuat AS menyatakan keprihatinannya.
Pasalnya, nama-nama yang disebutkan sebagai anggota kabinet sementara belum mencerminkan janji Taliban dalam membentuk pemerintahan yang inklusif.
Salah satu yang menjadi keprihatinan AS adalah belum ada sosok perempuan di kabinet sementara tersebut.
Dikutip Reuters, Selasa (7/9/2021), Juru Bicara Kementerian Luar Negeri mengatakan, "Kai mencatat daftar nama yang diumumkan secara eksklusif, terdiri dari individu yang menjadi anggota Taliban atau rekan dekat mereka dan tak ada perempuan."
AS memahami bahwa Taliban menghadirkan pejabat itu sebagai kabinet sementara.
"Namun, kami akan menilai Taliban dengan tindakannya, bukan kata-katanya," imbuhnya.
Diketahui, Taliban telah menunjuk beberapa anggotanya untuk menduduki posisi strategis dalam pemerintahan sementara di Afghanistan.
Taliban telah menunjuk Mullah Mohammad Hasan Akhund untuk memimpin pemerintahan sementara baru mereka.
Mullah Akhund merupakan salah satu pejabat yang dikenai sanksi oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Ia merupakan kepala lama badan pembuat keputusan kuat Taliban, Rehbari Shura, atau dewan kepemimpinan, seperti melansir Al Jazeera, Selasa (7/9/2021).
Dia sebelumnya adalah menteri luar negeri dan kemudian wakil perdana menteri selama tugas terakhir Taliban berkuasa dari 1996-2001.
Pada konferensi pers di Kabul pada hari Selasa, juru bicara Taliban mengatakan Zabihullah Mujahid mengatakan pendiri Taliban Abdul Ghani Baradar akan menjadi wakil Mullah Akhund.
Seperti banyak orang dalam kepemimpinan Taliban, Mullah Akhund mendapatkan banyak prestise dari kedekatannya dengan pemimpin pertama gerakan itu, Mullah Mohammad Omar.
Akhund berasal dari Kandahar, tempat kelahiran Taliban.
Sebuah laporan sanksi PBB menggambarkan dia sebagai "rekan dekat dan penasihat politik" untuk Omar.
Akhund sangat dihormati dalam gerakan itu, terutama oleh pemimpin tertingginya, Haibatullah Akhunzada, kata seorang sumber Taliban kepada kantor berita Reuters.
Beberapa pengamat memandang Akhund, yang diyakini berusia pertengahan 60-an dan mungkin lebih tua, lebih sebagai tokoh politik daripada tokoh agama, dengan kendalinya atas dewan kepemimpinan juga memberinya hak suara dalam urusan militer.
Mullah Akhund memiliki garis keturunan Pashtun dari Ahmad Shah Durrani – pendiri Afghanistan modern (sekitar 1700-an).
Dia memainkan peran kepemimpinan dan bimbingan yang penting dalam dewan pemimpin Rahbari Syura, yang sering disebut Quetta Syura, yang dibentuk setelah Taliban digulingkan dari kekuasaan dalam invasi militer pimpinan AS pada 2001.
Dia adalah penulis beberapa karya tentang Islam.