Latar Belakang Pemberontakan PKI Madiun hingga Akhir Tragis Peristiwa Sejarah Ini

Muflika Nur Fuaddah
Muflika Nur Fuaddah

Editor

Delegasi Indonesia dalam Perjanjian Renville. Dari kiri ke kanan: Johannes Latuharhary, Ali Sastroamidjojo, Agus Salim, Johannes Leimena, Setiadjit Soegondo, Amir Syarifuddin.
Delegasi Indonesia dalam Perjanjian Renville. Dari kiri ke kanan: Johannes Latuharhary, Ali Sastroamidjojo, Agus Salim, Johannes Leimena, Setiadjit Soegondo, Amir Syarifuddin.

Intisari-Online.com- Berikutlatar belakang pemberontakan PKI Madiun 1948 oleh Partai Komunis Indonesia (PKI) untuk menggulingkan pemerintahan Republik Indonesia.

Peristiwa itu terjadi di Madiun, Jawa Timur, pada pertengahan tahun 1948.

Latar Belakang

Latar belakang terjadinya peristiwa Madiun 1948 adalah jatuhnya kabinet Amir Syarifuddin karena tidak lagi mendapat dukungan setelah kesepakatan Perjanjian Renville.

Baca Juga:Dulu Sempat Menjadi Salah Satu Partai Terbesar di Indonesia, Ini Tujuan PKI yang Awalnya Didirikan oleh Seorang Komunis Belanda

Pihak Amir menganggap bahwa dalam perjanjian tersebut Belanda adalah pihak yang diuntungkan, sedangkan Indonesia pihak yang dirugikan.

Setelah mundurnya Amir dari kebinet, Presiden Soekarno lalu menunjuk Muhammad Hatta sebagai perdana menteri dan membentuk kabinet baru.

Mendapati kondisi ini, Amir tidak sepakat dan kemudian mendirikan Front Demokrasi Rakyat (FDR).

Dalam menjalankan rencananya Amir tidak sendirian, ia didukung oleh kelompok-kelompok beraliran kiri terutama komunis.

Baca Juga:Muso: Salah Satu Pemimpin Pemberontakan PKI Madiun 1948, Pembawa Amanat dari Moskow

Salah satunya yakni pemimpin PKI, Musso, untuk melakukan pemberontakan di Madiun.

Rencananya tidak hanya Madiun saja, mereka berencana untuk menguasai daerah-daerah strategis seperti Madiun, Solo, dan juga Kediri.

Di Solo mereka merencanakan untuk menculik para tokoh di Solo dan kemudian dibunuh.

Selain itu, mereka juga berencana untuk mengadu domba TNI setempat.

Baca Juga:Akhir Peristiwa Pemberontakan PKI Madiun 1948, Amir Syarifuddin dan Para Tokoh Sayap Kiri Dijatuhi Hukuman Mati

Jalannya Pemberontakan

Hal pertama yang dilakukannya adalah dengan melakukan propaganda antipemerintahan.

Gerakan selanjutnya adalah aksi mogok kerja oleh kaum buruh.

Setelah itu mulai dilakukan penculikan dan pembunuhan tokoh-tokoh negara.

Baca Juga:Sejarah Latar Belakang dan Tujuan Pemberontakan PKI Madiun 1948

Adapun tokoh-tokoh yang dibunuh di antaranya ialah Kolonel Sutarto, Gubernur Jawa Timur, RM Ario Soerjo dan dr. Moewardi.

Puncak dari pemberontakan itu terjadi pada 18 September 1948.

Setelah Madiun ditaklukkan, diumumkan berdirinya Republik Soviet Indonesia.

Penyelesaian

Untuk mengatasi kondisi Madiun yang kacau, pemerintah Indonesia pada 20 September 1948 mengirim pasukan yang dipimpin oleh Kolonel A.H. Nasution.

Di bawah komando Kolonel A.H. Nasution pasukan berhasil menumpas para pemberontak.

Baca Juga:Sejarah Peristiwa Pemberontakan PKI Madiun 1948: Pemimpin, Latar Belakang & Akhir Peristiwa

Amir dan Musso melarikan diri. Musso melarikan diri ke Sumoroto, sebelah barat Ponorogo.

Namun, jejak Musso terdeteksi dan dia ditembak mati.

Amir Syarifuddin dan para tokoh sayap kiri lainnya ditangkap dan dijatuhi hukuman mati.

Amir tertangkap di daerah Grobogan, Jawa Tengah.

(*)

Artikel Terkait