Intisari-online.com - Amerika telah resmi dipaksa mundur dari Afghanistan dengan batas waktu hingga 31 Agustus 2021.
Namun, sejak mundurnya Amerika bukan berarti negara Paman Sam itu benar-benar lepas tangan dari Afghanistan.
Menurut laporan majalah Politico, Amerika kemungkinan akan mengerahkan pasukan militernya secara besar-besaran di Afghanistan.
Tak main-main, Amerika disebut akn mengerahkan satu atau dua kapal induk ke Laut Arab dan Teluk Persia untuk mendukung perang darat di Afghanistan, Irak dan Suriah.
Kurangnya lapangan terbang pesawat yang dikendalikan AS di dekat Afghanistan, membuatnya akan lepas landas dari laut.
Seorang pejabat pertahanan, yang meminta untuk tidak disebutkan namanya, mengatakan rinciannya.
Kemungkinan Angkatan Laut AS akan mengambil alih tugas itu karena rencana Pentagon untuk Afghanistan belum selesai.
Namun, kali ini bukan Taliban yang bakal menjadi sasaran perang Amerika namun ada kelompok lain.
Ini berawal dari rasa prihatin dengan munculnya ISIS-K, sebuah cabang dari Negara Islam (IS) atau jaringan al-Qaeda di Afghanistan.
Pemerintahan Presiden Joe Biden telah berjanji untuk mempertahankan serangan udara dengan pesawat tak berawak dan berawak, meskipun tidak ada rencana rinci.
Tetapi Amerika akan berusaha memenuhi janji tersebut.
Selama bertahun-tahun, pilot Angkatan Udara AS telah terbang dari Pangkalan Udara Al Udeid di Qatar atau Al Dhafra di Uni Emirat Arab (UEA) untuk menyerang sasaran di Afghanistan.
Tetapi untuk melakukannya, pertama-tama mereka harus mengelilingi Teluk di sekitar Iran dan kembali ke Pakistan.
Lalu mengisi bahan bakar setidaknya sekali dan sering terbang berjam-jam sebelum mendekati target mereka.
Menurut Politico, sebuah kapal induk yang berlabuh di Laut Arab akan mempersingkat waktu penerbangan dan memungkinkan pilot terbang di atas Pakistan sebelum memasuki wilayah udara Afghanistan.
Apa pun bentuk perang udara yang berlanjut di Afghanistan, kemungkinan besar Washington harus meningkatkan pendanaan untuk angkatan udara dan angkatan lautnya.
Perang darat di Afghanistan telah berakhir setelah 20 tahun, tetapi AS masih akan menggelontorkan uang ke wilayah tersebut.
Kongres diperkirakan akan mendanai operasi kemanusiaan PBB di Afghanistan tetapi tidak secara langsung mendukung pemerintah baru yang dipimpin Taliban, menurut para pejabat AS.
Sejak 2001, Amerika Serikat telah menghabiskan sekitar 130 miliar dollar AS untuk kebutuhan keamanan, manajemen, pembangunan, dan kemanusiaan di Afghanistan.
Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa Antonio Guterres akan melakukan perjalanan ke Jenewa, Swiss untuk menghadiri pertemuan puncak tentang bantuan Afghanistan pada 13 September.