Intisari-online.com - Kemenangan Taliban di Afghanistan seharusnya menjadi kemenangan mutlak kelompok tersebut.
Faktanya tidak demikian, meski telah menguasai ibukota Kabul, Taliban masih terancam dengan sebuah kelompok yang disebut-sebut anti-Taliban.
Kelompok itu bermarkas di lembahPanjshir, sekitar 150 km dari Kabul.
Mereka nekat melakukan perlawanan dan akan memerangi Taliban sampai akhir, bahkan jika itu mengorbankan nyawa mereka.
Dalam perkembangan terakhir, Taliban telah memobilisasi kekuatan yang signifikan dari provinsi Kunduz, menguasai provinsi Baghlan dan menuju Panjshir.
Kekuatan utama Taliban dibagi menjadi dua arah untuk menghindari jatuh ke dalam penyergapan perlawanan.
Lembah Panjshir adalah tempat "mudah ditangani" yang paling terkenal di Afghanistan, karena medan yang condong ke pegunungan, hanya ada dua jalan kecil menuju lembah.
Selain aktif mengumpulkan pasukan, siap menyerang Panjshir.
Selain itu, Taliban juga menunjukkan reaksi berbeda.
Taliban meminta mantan Presiden Afghanistan Hamid Karzai dan Ketua Dewan Rekonsiliasi Nasional Tertinggi Abdullah Abdullah untuk maju ke depan untuk bernegosiasi dengan pemimpin Massoud.
Perwakilan Taliban juga pergi ke kedutaan Rusia di Kabul, "menyarankan agar Rusia mengirim pesan kepada para pemimpin dan rakyat Panjshir, bahwa Taliban sejauh ini tidak berniat menyerang, masih berusaha mencari solusi damai, melalui konsensus politik."
"Taliban mengatakan mereka tidak ingin pertumpahan darah dan siap untuk bernegosiasi," kata duta besar Rusia untuk Afghanistan.
Sementara disisi lain, pejuang Taliban siap menyerang di Panjshir.
Taliban juga berjanji untuk mengampuni Presiden Ashraf Ghani dan Wakil Presiden Amrullah Saleh, jika mereka setuju untuk kembali ke Kabul.
Wakil Presiden Afghanistan Amrullah Saleh dan Menteri Pertahanan Bismillah Mohammadi, bersama dengan sisa-sisa pasukan Afghanistan, saat ini bergabung dengan pasukan perlawanan di Panjshir.
Situasi pertempuran menuju ke arah yang negatif bagi tentara Afghanistan, setelah perlawanan kehilangan kendali atas tiga wilayah di provinsi tetangga Baghlan.
Setelah dua hari membuat kemajuan di luar benteng Panjshir, tentara Afghanistan dipukul mundur.
Pasukan perlawanan yang dipimpin oleh pemimpin Ahmad Massoud secara aktif mempersiapkan skenario Taliban menyerang Panjshir.
Pada 22 Agustus, Massoud menolak ultimatum Taliban untuk menyerah, dengan mengatakan tentara di Panjshir siap untuk "pertumpahan darah".