Intisari-Online.com - Di tengah gejolak di Afghanistan, dunia olahraga dan atlet di negara tersebut juga ikut terkena dampaknya.
Sebenarnya, pemain Taekwondo Zakia Khudadadi akan menjadi wanita pertama cabang para-taekwondo yang mewakili Afghanistan di Paralimpiade yang dimulai di Tokyo bulan ini, tetapi keberuntungan dan keadaan saat ini tidak memungkinkan.
Impiannya kandas di tengah gejolak bangsa.
Melansir news8plus.com, Selasa (17/8/2021) Chef de Mission of the Afghanistan Paralympic Committee yang berbasis di London, Ariane Sadiqi, menyebutkan dua atlet negara itu tidak akan bisa ambil bagian dalam mulai 24 Agustus.
Zakia Khuddadi akan menjadi wanita pertama yang mewakili Afghanistan di Paralimpiade di Tokyo.
Namun kini, terperangkap di Kabul, mimpinya buyar di tengah gejolak bangsa.
Menurut media, dua atlet, Zakia Khudadari dan Hussain Rasuli, telah mendapatkan sertifikasi untuk Paralimpiade yang akan diselenggarakan di Tokyo kali ini dari Afghanistan.
Khudadadi dan atlet monitor Hussain telah dijadwalkan untuk tiba di Tokyo pada 17 Agustus.
Atlet Taekwondo Khudadadi ditampilkan di situs web Paralimpiade minggu lalu berbicara tentang harapannya.
Dilansir dari Kyodo News, Zakia Khudadadi bahkan telah merilis sebuah video yang berisi permohonan bantuan agar dirinya bisa mencapai Paralimpiade Tokyo dan berangkat dari ibukota Afghanistan, Kabul.
Dalam videonya, perempuan berusia 23 tahun tersebut mengaku dirinya terpenjara di dalam rumah menyusul Taliban merebut kota tersebut.
"Saya bahkan tidak bisa pergi ke luar rumah ini dengan percaya diri dan dengan keamanan untuk pergi membeli beberapa barang untuk diri saya sendiri atau untuk berlatih," kata Khudadadi seperti dikutip Kyodo News.
Dalam videonya Zakia juga meminta bantuan agar keinginannya untuk bisa berpartisipasi dalam Paralimpiade Tokyo 2020 dapat terwujud.
(*)