Advertorial

Jika Vaksin Saja Tak Cukup Berantas Covid-19, Ternyata Inilah Skenario Baru yang Bakal Diterapkan Untuk Mengakhiri Pandemi Covid-19, Berikut Bocorannya!

Afif Khoirul M
Afif Khoirul M

Editor

Dari apa yang kita ketahui tentang kemampuan virus SARS-CoV-2 untuk beradaptasi dan berevolusi melalui mutasi.
Dari apa yang kita ketahui tentang kemampuan virus SARS-CoV-2 untuk beradaptasi dan berevolusi melalui mutasi.

Intisari-online.com - Menurut Chanel News Asia, setiap gelombang epidemi yang dialami AS, memberikan sedikit kerugian bagi mereka.

Setelah vaksinasi meluas, jumlah kasus baru juga mulai menurun, namun varian Delta mulai membalikkan keadaan.

Semuanya meroket dengan cepat dan kembali menyebar seperti sebelum divaksinasi.

Dari apa yang kita ketahui tentang kemampuan virus SARS-CoV-2 untuk beradaptasi dan berevolusi melalui mutasi.

Baca Juga: Sampai Rela Gunakan 'Ahli Biologi Palsu', Media Inggris Ini Bongkar Cara China Sembunyikan Teori Kebocoran di Laboratorium Wuhan, Benarkah China Sebenarnya Tahu Biang Keladi Covid-19?

Hanya ada satu pilihan yang layak untuk pengendalian penyakit jangka panjang, yaitu strategi kombinasi vaksin, obat antivirus, langkah-langkah kesehatan masyarakat yang kuat.

Langkah-langkah ini diyakini sebagai terobosan baru untuk melawan Covid-19 dengan cara paling mutakhir.

Menurut Channel News Asia, vaksin adalah garis pertahanan pertama yang melindungi kita dari Covid-19.

Vaksin ini sangat efektif sejak generasi pertama dibuat di AS, dan generasi berikutnya akan lebih kuat.

Baca Juga: Menolak Kalah dari Covid-19, Warga di Surabaya Sulap Sampah Jadi 'Delta Robot' Pengantar Kebutuhan Isolasi Mandiri Tetangga Sekitar, Beritanya Sampai Disorot Berbagai Media Asing

Namun, bahkan dengan suntikan booster dan vaksin generasi berikutnya yang telah diadaptasi agar efektif dengan varian baru, pandemi tidak akan berakhir dengan pengenalan vaksinasi.

Vaksin tidak akan bekerja untuk semua orang. Vaksin ini masih memiliki tingkat kegagalan 5% terhadap jenis virus asli.

Sedangkan varian Delta membuktikan ketika mampu mengatasi pertahanan vaksin lebih baik dari varian sebelumnya.

Selain itu, vaksin juga berkurang efektif secara signifikan untuk beberapa orang seperti mereka yang sedang transplantasi, obat imunosupresif, pasien kanker dan sebagian dari orang tua.

Seperti vaksin flu tahunan, bukti awal menunjukkan bahwa kekebalan vaksin juga dapat memudar seiring waktu.

Oleh karena itu, obat antivirus dan obat pencegahan akan menjadi elemen penting untuk mengisi kekosongan vaksin, menciptakan garis pertahanan kedua melawan Covid-19.

Pemerintah AS baru-baru ini berkomitmen untuk menghabiskan 3,2 miliar dollar untuk mengembangkan terapi antivirus guna meningkatkan respons terhadap virus SARS-CoV-2.

Meskipun kebanyakan orang fokus menggunakan obat-obatan ini sebagai pengobatan, potensi sebenarnya mereka terletak pada pengendalian pandemi.

Menurut Channel News Asia, mengonsumsi obat-obatan ini dapat membantu orang yang telah terkena virus agar tidak sakit atau menularkannya kepada orang lain.

Baca Juga: Pantas Saja Indonesia Jadi Sorotan Dunia, Rupanya Kasus Kematian Harian Indonesia Kembali Jadi yang Tertinggi di Dunia, Tapi Pemerintah Malah Hapus Indikator Angka Kematian Covid-19

Mengenai langkah-langkah kesehatan masyarakat, Channel News Asia melaporkan bahwa negara-negara seperti Australia, Cina, Selandia Baru, dan Singapura telah secara efektif menerapkan metode pengujian luas, pelacakan kontak komprehensif, dan isolasi, wajib, kontrol perbatasan yang ketat, dan karantina pendatang baru.

Menurut Channel News Asia, ini adalah strategi penting untuk melindungi orang dari hampir semua penyakit menular dalam sejarah modern.

Namun, untuk AS dan negara-negara lain di seluruh dunia, pengujian dan penelusuran telah stagnan, atau bahkan gagal sejak awal.

Munculnya obat antivirus telah membantu mereka mengisi kesenjangan ini.

Obat-obatan ini juga membantu membuka peluang baru bagi industri perjalanan, menghilangkan kebutuhan akan isolasi jangka panjang.

Obat ini belum banyak digunakan karena mahalnya biaya produksi dan kebutuhan akan infus intravena.

Namun, obat antivirus generasi berikutnya diharapkan dalam bentuk tablet, sehingga memungkinkan untuk digunakan di tempat yang berisiko tinggi.

Di mana banyak orang mengalami imunosupresi dan tidak dapat mengandalkan perlindungan dari vaksin.

Ketiga cara tersebut di atas tetap tidak akan efektif jika tidak diterapkan secara luas di seluruh dunia.

Baca Juga: Jika Covid-19 Tak Bisa Dimusnahkan, Indonesia Ternyata Siapkan Skenario Untuk Hidup Bersama dengan Covid-19, Ini Bocorannya

Artinya, masyarakat internasional harus bersatu untuk memerangi epidemi dengan memperkuat pengawasan dan meningkatkan penyebaran kegiatan pengujian, pengobatan, dan vaksinasi.

Menurut Channel News Asia, saat ini mekanisme kerja sama internasional sedang dirusak oleh individualisme dan nasionalisme vaksin.

Namun, masa depan masih memiliki harapan ketika negara-negara berpenghasilan tinggi memiliki surplus vaksin.

Selain itu, kegiatan produksi vaksin lokal juga sedang digalakkan.

Selain produksi dan vaksinasi vaksin, masyarakat internasional perlu memberikan perhatian besar pada surveilans penyakit secara global untuk mengidentifikasi wabah baru, terutama di mana wabah terjadi karena varian menular.

Setelah 18 bulan pandemi, kami memiliki apa yang diperlukan untuk mengakhirinya.

Sekarang saatnya untuk menerapkan pengetahuan kita dan memanfaatkan setiap alat yang kita miliki.

Artikel Terkait