Advertorial

Tetap Berprestasi Meski Pandemi Mengimpit, Begini Pengalaman Atlet di Olimpiade Tokyo 2020

Yasmin FE
Yasmin FE
,
Sheila Respati

Tim Redaksi

Indonesia berhasil meraih lima medali dalam Olimpiade Tokyo 2020. Keberhasilan tersebut diapresiasi oleh Menteri Pemuda dan Olahraga Zainudin Amali
Indonesia berhasil meraih lima medali dalam Olimpiade Tokyo 2020. Keberhasilan tersebut diapresiasi oleh Menteri Pemuda dan Olahraga Zainudin Amali

Intisari-online.com – Indonesia berhasil meraih lima medali dalam Olimpiade Tokyo 2020. Keberhasilan tersebut diapresiasi oleh Menteri Pemuda dan Olahraga Zainudin Amali melalui dialog Produktif Rabu Utama di Media Center KPCPEN, Rabu (11/08/2021).

Menurutnya, perhelatan internasional ini dapat menyuntikkan harapan dan optimisme bagi masyarakat untuk tidak berhenti berkarya sambil tetap disiplin memelihara protokol kesehatan.

"Pemerintah sangat mengapresiasi, bahwa di tengah tekanan dan kebiasaan baru tersebut, para atlet kita berhasil menorehkan prestasi," kata Zainudin melalui pernyataan resmi, Kamis (12/8/2021).

Kendati demikian, pelaksanaan olimpiade di tengah kondisi pandemi diakui pelatih Angkat Besi Tim Indonesia Dirja Wihardja menimbulkan tantangan tersendiri. Pasalnya, sepanjang 2020, tidak ada kompetisi yang bisa diikuti para atlet untuk mengukur kemampuan diri.

Baca Juga: Menolak Kalah dari Covid-19, Warga di Surabaya Sulap Sampah Jadi 'Delta Robot' Pengantar Kebutuhan Isolasi Mandiri Tetangga Sekitar, Beritanya Sampai Disorot Berbagai Media Asing

Alhasil, proses kompetisi dilaksanakan melalui simulasi pertandingan yang dilakukan setiap dua minggu sekali. Para atlet juga diwajibkan untuk rutin berlatih dan menjaga pola hidup sehat agar stamina dan performa mereka tetap terjaga.

“Sebagai persiapan Olimpiade Tokyo, tim juga mengikuti try out dua kali tahun ini ke Uzbekistan sehingga setidaknya atlet mengetahui situasi pertandingan saat pandemi," jelas Dirja.

Tantangan senada juga diungkapkan oleh atlet sekaligus peraih medali perunggu Olimpiade Tokyo 2020 Windy Cantika Aisah. Menurutnya, Olimpiade Tokyo terasa berbeda dari tahun-tahun sebelumnya.

Adanya protokol kesehatan ketat, tes PCR berulang, tekanan mental agar tidak tertular virus Covid-19, hingga suasana sekeliling arena yang gelap karena pertandingan berlangsung tanpa penonton memberi tantangan tersendiri bagi para atlet.

Baca Juga: Pernah Dikira Tugu Linggarjati Hingga Presiden Soekarno Perintahkan untuk Hancurkan, Inilah Sejarah Tugu Proklamasi yang Digagas oleh Lima Tokoh Wanita Indonesia

"Selain tekanan fisik, tekanan mental karena harus menjaga diri agar tidak terpapar Covid-19," ujarnya.

Namun, ia bersyukur seluruh kegiatan olimpiade mampu diselesaikan dengan baik dan mencatat berbagai prestasi.

Grand Design Olahraga Nasional

Pada kesempatan tersebut, Menpora juga menyampaikan rencana pemerintah mengenai Grand Design Olahraga Nasional. Demi mewujudkannya, pemerintah berencana untuk memberikan fasilitas dan jaminan masa depan bagi para atlet yang berkontribusi dalam berbagai cabang olahraga (cabor).

Adapun fasilitas tersebut berupa training camp yang dilengkapi berbagai sistem, seperti sarana olahraga, unit relaksasi, sekolah, rumah sakit, ketersediaan ahli gizi, psikolog, dan sebagainya di satu tempat.

Baca Juga: Ajaibnya Bawang, Bisa Jadi Obat Penyembuh Biduran Selain Dua Bahan Alami Ini

Melalui training camp yang nantinya berlokasi di Cibubur, Jakarta tersebut, para atlet dan pelatih dapat fokus melakukan penggodokan mental, fisik, taktik, maupun strategi.

Guna menjaring talenta-talenta muda, pemerintah juga mendirikan sentra pembinaan olahraga di berbagai daerah. Hal tersebut sejalan dengan persiapan kompetisi Liga 1 yang digulirkan dalam rangka mencari kanddiat tim sepakbola nasional yang nantinya akan bertanding di Piala Dunia FIFA U-20 pada 2023.

"Kejuaraan di daerah adalah sumber atlet nasional. Dari sekitar 250.000 atlet talenta daerah, kita saring bertahap, hingga akhirnya didapatkan 150 orang atlet elit nasional dari cabor unggulan, terutama untuk terjun di olimpiade," jelasnya.

Pemerintah juga memastikan para atlet dapat diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS), terutama para peraih medali. Meski demikian, baik pemerintah maupun pelatih tidak pernah mencanangkan target tertentu kepada atlet, sehingga masyarakat tidak perlu khawatir untuk berkomitmen berkarir sebagai atlet.

Baca Juga: Menguak Kronologi dan Latar Belakang Peristiwa Rengasdengklok, Golongan Muda Tetap Tahu Kekalahan Jepang Meski Jepang Sudah Melarang Mendengarkan Radio

“Jadi masyarakat tidak perlu khawatir untuk berkomitmen berkarir sebagai atlet,” ungkap Zainudin.

Terkait dengan rumah Piala Dunia FIFA U-20 pada 2023, Zainudin menyebut, Indonesia direncanakan akan menjadi tuan rumah dalam ajang bergengsi tersebut. Namun, ia menegaskan bahwa protokol kesehatan harus berlaku ketat dan konsisten dalam penyelenggaraan kegiatan.

"Semua yang terlibat harus sudah divaksin dan melakukan tes swab. Tidak ada penonton di arena. Misal stadion berkapasitas 20.000 orang, maksimal 299 orang berkepentingan saja yang boleh masuk ke sana," ujarnya.

Tak hanya itu, salah satu sasaran Grand Design Olahraga Nasional adalah membudayakan olahraga. Dengan demikian, masyarakat menjadi sehat dan mental sportifnya terbentuk.

“Olahraga tidak hanya membuat tubuh sehat, melainkan juga menciptakan pola dasar kehidupan yang baik, seperti keteraturan, kedisiplinan, kerja keras yang terukur, memelihara motivasi tinggi, kerendahan hati, serta upaya untuk melakukan yang terbaik,”tambahWindy.

Artikel Terkait