Pantas WHO Ketar-ketir, Wabah yang Jauh Lebih Berbahaya dari Covid-19 dan Bisa Membunuh Manusia 88 Persen Ini Disebut Makin Menjadi Ancaman Dunia, Karena Mulai Menyebar

Maymunah Nasution

Editor

Kulkas vaksin di Guinea yang masih menyimpan stok vaksin Ebola bersamaan dengan vaksin Covid-19, kini ada penyakit baru mengkhawatirkan dari sana yang bisa menyebar luas
Kulkas vaksin di Guinea yang masih menyimpan stok vaksin Ebola bersamaan dengan vaksin Covid-19, kini ada penyakit baru mengkhawatirkan dari sana yang bisa menyebar luas

Intisari-online.com -Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah mengisukan peringatan mendesak untuk wabah yang jauh lebih berbahaya dari Covid-19.

Virus Marburg yang mematikan ini menjadi kekhawatiran baru, dengan tingkat kematian 88% dapat menyebar "luas dan jauh".

Virus Marburg pertama kali ditemukan di Afrika Barat.

Pakar sudah mendesak untuk membasmi virus ini secepat mungkin.

Baca Juga: Putus Asa Hadapi Varian Delta, China yang Sesumbar Bisa Paling Cepat Atasi Covid-19 Kini Sampai Hukum Para Pejabat Karena Gagal Atasi Penularan Wabah Baru, Efektifkah?

Virus telah memberikan ketakutan dan kekacauan yang sama yang disebabkan oleh pandemi Ebola antara 2013-2016 di Afrika Barat.

Dr Matshidiso Moeti, direktur regional WHO untuk Afrika mengatakan: "Potensi virus Marburg untuk menyebar luas dan jauh artinya kita harus menghentikan penyebarannya.

"Kami bekerja dengan otoritas kesehatan untuk menerapkan respon cepat yang dibangun atas pengalaman Guinea yang lalu menangani Ebola, yang ditularkan lewat cara yang sama."

WHO telah mengkonfirmasi bahwa kasus baru ditemukan di pria dari Guinea, di dekat perbatasan dengan Sierra Leone dan Liberia.

Baca Juga: Belum Juga Selesai Pandemi Covid-19, Wabah Virus Marburg yang Mirip Ebola Landa Guinea, Penasihat WHO Optimis Virus Tersebut Dapat Dibendung

Hal itu menyebabkan kekhawatiran jika virus dapat menyebar ke seluruh benua dan berdampak pada negara-negara tetangga terlebih dahulu.

Pasien menunjukkan gejela awal pada 25 Juli sebelum ia datangi klinik kesehatan lokal.

Ia meninggal dunia hari berikutnya, tapi sudah kontak erat dengan 4 orang lain yang menunjukkan tidak ada gejala.

Tracing kontak kini berlangsung di tingkat komunitas bersamaan dengan mencari kasus aktif di fasilitas kesehatan.

Baca Juga: Infeksi Domestik Covid-19 Sempat Berhasil Turun Hampir Nol, Kini China 'Kelabakan' Tangani Varian Delta, Disebut yang Terparah Sejak Pertama Muncul

Kasus baru Guinea datang hanya 2 bulan setelah negara itu umumkan bebas Ebola setelah ledakan kasus kecil tahun ini yang membunuh 12 orang.

Kasus sporadis virus Marburg telah dilaporkan di Afrika Selatan, Angola, Kenya, Uganda, dan Republik Demokratik Kongo.

Namun ini pertama kalinya virus diidentifikasi di Afrika Barat.

Virus berasal dari famili patogen yang sama dengan Ebola tapi belum diketahui pengobatan atau vaksin yang tepat untuk virus ini.

Baca Juga: Gegara Panik Kondisi Wuhan Kembali Jadi Sorotan, Terkuak Kota Asal-Usul Covid-19 Ini Ternyata Sudah Setahun Hidup Bebas Tanpa Covid-19 Saat Seluruh Dunia Sedang Kolaps

Kekhawatiran atas penularan virus di Guinea telah memimpin WHO dan Palang Merah untuk mempercepat penanganan dan menghentikan wabah.

WHO juga menyelidiki sumber infeksi mengikuti kematian pria tersebut.

Dalam pernyataan mereka, "penyakit virus Marburg (MVD) sangatlah menular, sebelumnya menjadi epidemi dengan tingkat kefatalan yang tinggi (CFR 24-90%).

"Dalam kasus awal penyakit ini, diagnosis klinis untuk MVD sulit dibedakan dari penyakit tropis lain karena kemiripan gejala klinisnya."

Baca Juga: Indonesia Kecolongan Lagi! Penyakit Mengerikan dari India Ini Sudah Masuk ke Indonesia, Ternyata Wabah Ini Sudah Mengamuk di Tanah Air Tanpa Tahu Apa Obatnya

Walaupun tes PCR mampu untuk mengidentifikasi virus, sangat sulit melihatnya karena virus ini sangat mirip dengan Ebola.

WHO juga memperingatkan sistem kesehatan Guinea yang rapuh walaupun mereka sudah bertindak cepat menghadapi kasus tersebut.

Penularan virus ini dihubungan dengan kontak langsung dengan darah atau cairan tubuh lain dari orang yang terinfeksi.

Gejala dapat bervariasi dari demam, sakit kepala, pusing, sakit otot dan gusi berdarah.

Baca Juga: Sempat Dipuji Setinggi Langit oleh Dunia Karena Atasi Covid-19 dan Meredam Kematian, Negara Asia Tenggara ini Malah Kondisinya Makin Memprihatinkan

Sementara WHO belum menyarankan penutupan Guinea, mereka sudah memperingatkan penularan virus antara manusia dan kelelawar yang mempermudah penularan lewat perbatasan.

WHO menambahkan: "pergerakan populasi melewati perbatasan dan pencampuran komunitas antara Guinea dan Sierra Leone serta Liberia dapat meningkatkan risiko penularan antar perbatasan dan itu sebabnya, Menteri Kesehatan dan Sanitasi telah secara proaktif menilai situasi bersama dengan pemegang kebijakan dan pemimpin distrik kesehatan di distrik Kono dan Kailahun di Sierra Leone sudah diingatkan.

"Otoritas kesehatan di Sierra Leone dan Liberia telah mengaktifkan rencana darurat dan telah memulai langkah-langkah kesehatan masyarakat di titik masuk Guinea.

"Selain itu, potensi penularan virus antara koloni kelelawar dan manusia juga meningkatkan risiko penyebaran lintas batas.

Baca Juga: Duh, Sempat Dikirim ke Laut China Selatan, Mendadak Kapal Induk Termahal di Dunia Ini Dihantam Wabah Covid-19,Kini Sedang Berada di Lokasi Dekat Indonesia Ini

"Faktor-faktor ini menunjukkan risiko tinggi di tingkat nasional, yang membutuhkan tanggapan segera dan terkoordinasi dengan dukungan dari mitra internasional.

"Risiko di tingkat regional tinggi, berdasarkan fakta bahwa prefektur Gueckedou terhubung dengan baik ke Liberia dan Sierra Leone, meskipun pihak berwenang sudah mengambil tindakan."

Artikel Terkait