Advertorial
Intisari-Online.com -Osama bin Laden memang benar-benar membuat Amerika Serikat (AS) meradang sejadi-jadinya.
Hancurnya gedung kembar World Trade Center (WTC) di New York, AS, pada 9 September 2001 telah membuat AS murka.
Dua pesawat komersial yang secara sengaja menabrakan diri ke dua gedung tersebut disebut berada di bawah kendali pembajak dri kelompok teroris Al-Qaeda.
Osama bin Laden, secara jelas menjadi latar belakang dari serangan Al-Qaeda yang dipimpinnya tersebut.
Sebagai pemimpin tertinggi, Al-Qaeda beberapa kali mengobarkan perang suci melawan AS.
Bahkan, dalam sebuah fatwa yang dikumandangkan pada 1998, Osama bin Laden secara jelas menyerukan untuk membunuh orang-orang AS.
Dalam sebuah 'surat' bertajuk "Letter to America" yang dikirim pada November 2002 (setahun setelah serangan 9/11), secara eksplisit Osama menjabarkan latar belakangan serangan, yaitu:
- Karena AS mendukung Israel- Adanya serangan pada warga Muslim di Somalia- Tindakan Filipina yang melawan warga Muslim dalam konflik Moro- Dukungan pada umat Muslim Lebanon yang terdampak agresi Israel- Adanya kekejaman terhadap umat Muslim di Chechnya oleh Rusia- Pemerintah pro-Amerika di Timur Tengah yang bertentangan dengan kepentingan umat Muslim- Adanya penindasan terhadap warga Muslim di Kashmir oleh India- Penolakan atas kehadiran militer AS di Arab Saudi- Pemberlakuan sanksi embargo terhadap Iraq
Dus, Presiden AS saat itu, George W Bush pun langsung memberikan perintah jelas dan tegas kepada militer dan intelijen AS untuk memburu Osama bin Laden.
Siapa sangka, meski telah mengerahkan segala upaya terbaiknya, AS baru bisa menemukan dan melumpuhkan Osama pada 2011.
Ya, butuh 10 tahun, dan berganti presiden, untuk AS bisa menemukan buruan nomor satunya tersebut.
Operasi penyergapan tersebut pun benar-benar sangat mahal secara biaya di mana AS harus menghabiskan 60 juta dollar AS.
Namun, sebelum pada akhirnya berhasil menembak mati Osama, ternyata AS telah melakukan segala cara untuk mengetahui posisinya.
Bahkan, salah satu upaya yang ditempuh untuk mengungkap keberadaan Osama bin Laden ternyata malah menjadi salah satu skandal terbesar di jagat spionase.
CIA yang bertugas untuk menentukan keberadaan Osama ternyata menghalalkan segala cara untuk bisa mencapai tujuannya.
Termasuk cara yang dianggap sebagai sebuah penodaan terhadap program mulia yang selama ini menjadi harapan warga dari negara miskin.
CIA mengorbankan anak-anak Pakistan yang tak berdosa sebagai sarana menemukan keberadaan Osama bin Laden.
Praktik yang baru terungkap pada 2014 tersebut adalah berupa penggunaan program vaksinasi palsu.
Lisa Monaco (penasihat Barack Obama kala itu) mengakui bahwa CIA telah menggunakan program vaksin untuk memperoleh data genetik.
Menurut laporan BBC, upaya memperoleh data genetik tersebut adalah untuk memastikan adanya keluarga Osama di Pakistan.
Mereka memang sudah mencurigai sebuah kompleks berdinding tinggi sebagai tempat persembunyian Osama.
Namun, mereka tidak bisa serta-merta menerobos tempat tersebut tanpa bisa memastikan bahwa Osama benar-benar berada di sana.
Inilah yang kemudian menjadi alasan CIA untuk menggelar program vaksinasi palsu di Pakistan, yang hingga kini telah membuat warga negara tersebut trauma terhadap vaksin.
CIA berdalih hanya dengan cara itulah, mereka mampu mendapatkan sampel DNA dari keturunan Osama yang turut mengikuti program vaksin Hepatitis B.
Tak hanya itu, menurut laporan The Telegraph dan The Guardian, seorang perawat Pakistan yang menjadi mata-mata CIA berhasil menembus dinding pelindung Osama.
Meski tidak jelas apakah program vaksinasi palsu tersebut benar-benar berhasil mengungkap keberadaan Osama.
Namun yang jelas, CIA, diwakili penasihat Obama, mengungkapkan permintaan maaf dan menyatakan telah menghentikan program vaksinasi palsu dalam teknik spionase CIA.
Apakah Anda akan percaya dengan pernyataan tersebut?