Intisari-Online.com - Lima negara pendiri ASEAN berkumpul di Bangkok pada 8 Agustus 1967.
Pertemuan tersebut diinisiasi oleh Menteri Luar Negeri Thailand, Thanat Khoman.
Berkumpulnya lima negara pendiri ASEAN kemudian melahirkan Deklarasi ASEAN yang melandasi berdirinya Organisasi Negara-negara Asia Tenggara ini.
Dalam deklarasi tersebut, dikatakan, salah satu tujuan berdirinya ASEAN adalah untuk mempercepat perumbuhan ekonomi, memajukan perdamaian dan stabilitas kawasan.
Baca Juga: Ini Negara ASEAN yang Memiliki Iklim Subtropis, Tapi Cuma Sebagian Wilayah Negaranya Saja
Menteri Luar Negeri Thailand, Thanat Khoman, prihatin karena organisasi-organisasi yang sebelumnya didirikan untuk memperkuat hubungan tetangga tak ada yang awet dan memiliki anggota yang terlampau sedikit.
Berangkat dari keprihatinan itulah, Thanat Khoman mengajak negara-negara lain untuk membentuk sebuah asosiasi yang lebih inklusif dan benar-benar mewakili Asia Tenggara.
Dia mengundang empat menteri luar negeri negara-negara tetangga, di mana negara-negara inilah yang kemudian dikenal sebagai negara pendiri ASEAN bersama Thailand.
Masing-masing diwakili oleh Menteri Luar Negerinya saat itu, berikut ini tokoh-tokoh yang mewakili Lima negara pendiri ASEAN melakukan pertemuan di Bangkok:
Thanat Khoman (Thailand)
Thanat Khoman adalah seorang diplomat. Di era Perang Dingin, Khoman menjadi duta besar AS.
Khoman menjabat Menteri Luar Negeri Thailand dari 1959 hingga 1971.
Sosok Menteri Luar Negeri Thailand inilah yang mengundang menteri luar negeri tetangga pada Agustus 1967.
Di tahun 1980, ia diangkat menjadi wakil perdana menteri.
Khoman meninggal pada 3 Maret 2016 di usia 101 tahun.
Adam Malik (Indonesia)
Adam Malik memulai karirnya sebagai wartawan. Pada 1937, Adam Malik dan rekan-rekannya mendirikan ANTARA yang kelak menjadi kantor berita nasional.
Ia terlibat dalam kemerdekaan dan mendirikan partai MURBA.
Pada Adam 1959 ia menjadi duta besar Indonesia untuk Uni Soviet dan Polandia.
Di era Presiden Soekarno, Adam Malik juga sempat menjabat Menteri Perdagangan sebelum menjadi Menko Pelaksana Ekonomi Terpimpin.
Memasuki Orde Baru, Adam Malik diberi jabatan Menteri Luar Negeri.
Adam Malik yang dijuluki Si Kancil ini mendampingi Presiden Soeharto pada periode 1978-1983.
Ia meninggal pada 5 September 1984 atau setahun setelah tidak menjabat sebagai wakil presiden.
Tun Abdul Razak (Malaysia)
Tun Haji Abdul Razak bin Datuk Haji Hussein Al-Haj memiliki karir cemerlang.
Di tahun 1955, di usia 33 tahun, Abdul Razak diangkat menjadi Menteri Besar Pahang.
Ia kemudian menjabat Menteri Pendidikan dan ikut memerdekakan Malaysia pada 1956 hingga 1957.
Setelah Pemilu 1959, Abdul Razak diangkat menjadi Menteri Pembangunan Luar Kota di samping menjabat Wakil Perdana Menteri Malaysia dan Menteri Pertahanan Malaysia.
Puncaknya pada 1970, Abdul Razak naik sebagai Perdana Menteri Malaysia.
Narciso Ramos (Filipina)
Sama seperti Adam Malik, Narciso Ramos juga mengawali karir sebagai wartawan.
Ketika Filipina diduduki Jepang pada 1042, Ramos bergabung bersama kelompok pejuang dan menolak kerja sama dengan Jepang.
Setelah Filipina merdeka pada 1946, Ramos diberi mandat menjadi diplomat. Ia menduduki kursi duta besar di Argentina.
Ramos juga bergabung bersama Indonesia untuk menguatkan Gerakan Non-Blok.
Kemudian pada 1965, Ramos diangkat sebagai Sekretatis Luar Negeri.
Sinnathamby Rajaratnam (Singapura)
Rajaratnam adalah politikus yang bergabung dengan Democratic Action Party.
Ia kemudian menjabat sebagai Menteri Kebudayaan (1959) Pada 1965, Rajaratnam diangkat sebagai Menteri Luar Negeri.
Di tahun itu, Singapura memerdekakan diri dari Inggris.
Rajaratnam menulis Ikrar Kebangsaan Singapura setahun setelah kemerdekaan.
Setelah menjabat Menteri Luar Negeri, Rajaratnam menduduki kursi Menteri Tenaga Kerja (1968-1971) kemudian Wakil Perdana Menteri pada 1980 hingga 1985.
Ia juga ditunjuk sebagai Menteri Senior sebelum pensiun pada 1988.
(*)