Mereka menolak sama sekali kemungkinan adanya kesan seakan-akan kemerdekaan yang akan diproklamasikan adalah "hadiah" Jepang.
Golongan Soekarno-Hatta juga tetap bersandar pada kekuatan sendiri.
Tetapi mereka memandang unsur kekuatan Jepang yang masih ada, sebagai realitas yang tak dapat diabaikan, justru untuk menyusun organisasi dan kekuatan revolusi selanjutnya.
Keduanya tetap hendak mempergunakan Panitia Persiapan Kemerdekaan yang ditambah dengan unsur Pemuda dan unsur-unsur lain sebagai tempat musyawarah dan penyalur.
Karena itu diputuskan untuk mengundang Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia berapat pada tanggal 16 Agustus jam 10 pagi di kantor Dewan Sanyo di Pejambon nomor 2 (Deparlu sekarang).
Pertemuan itu urung terjadi, karena hari itu jam 4 pagi Bung Karno dan Bung Hatta sudah dibawa ke Rengasdengklok oleh pemuda-pemuda Sukarni-Chairul Saleh.
Pada akhirnya kita tahu, karena perdebatan itu sama-sama ingin memperjuangkan kemerdekaan, pada akhirnya proklamasi kemerdekaan pun bisa dikumandangkan.
Merdekalah Indonesia. Merdekalah selama-lamanya.
Artikel ini merupakan potongan dari artikel "Sayuti Melik: Berkisah Sekitar Proklamasi Kemerdekaan" yang ditulis oleh Jakob Oetama dalam buku "Sketsa Tokoh".
Baca Juga: Cerita Unik di Balik Tiga Foto Suasana Proklamasi Kemerdekaan yang Kerap Muncul dalam Buku Sejarah
Penulis | : | Muflika Nur Fuaddah |
Editor | : | Muflika Nur Fuaddah |
KOMENTAR