Intisari-Online.com - Saat masih menjabat sebagai Menteri Kelautan dan Perikanan, Susi Pudjiastusi begitu getol untuk menjaga laut Indonesia.
Salah satunya, Susi meresmikan organisasi Pandu Laut Nusantara sekitar tahun 2018 guna menjaga kelestarian laut Indonesia dengan mengumpulkan seluruh komunitas pecinta laut yang ada di Indonesia.
Susi juga menyatakan bahwa generasi muda memegang peranan penting untuk menjaga Laut Nusantara.
Tak heran jika Bu Susi melakukan langkah-langkah serupa karena penelitian terbaru mengatakan bahwa jutaan orang di negara-negara di seluruh dunia bisa menghadapi peningkatan risiko kekurangan gizi karena perubahan iklim mengancam perikanan lokal mereka.
Melansir Phys.org, Selasa (20/7/2021), proyeksi baru yang meneliti lebih dari 800 spesies ikan di lebih dari 157 negara telah mengungkapkan bagaimana dua tekanan utama, yakni perubahan iklim dan penangkapan ikan yang berlebihan, dapat berdampak pada ketersediaan mikronutrien penting dari lautan kita.
Selain asam lemak omega-3, ikan merupakan sumber penting zat besi, seng, kalsium, dan vitamin A.
Kekurangan zat gizi mikro penting ini terkait dengan kondisi seperti kematian ibu, pertumbuhan terhambat, dan preeklamsia.
Analisis oleh tim internasional dari Inggris dan Kanada dan dipimpin oleh para ilmuwan dari Universitas Lancaster mengungkapkan bahwa perubahan iklim merupakan ancaman paling luas terhadap pasokan zat gizi mikro esensial dari tangkapan ikan laut, dan mengancam pasokan zat gizi mikro penting dari perikanan di 40 persen negara-negara.
Pasokan mikronutrien perikanan ditemukan kurang rentan terhadap penangkapan ikan yang berlebihan.
Negara-negara yang sumber mikronutrien perikanannya berisiko dari perubahan iklim cenderung terjadi pada negara-negara tropis dan termasuk negara-negara Asia Timur dan Pasifik seperti Malaysia, Kamboja, Indonesia, dan Timor Leste, serta negara-negara Afrika Sub-Sahara seperti Mozambik dan Sierra Leone.
Kerentanan terhadap perubahan iklimpada perikanan negara-negara ini sangat akut mengingat kekurangan makanan dalam kalsium, zat besi, seng, dan vitamin A sangat lazim di daerah tropis.
Mikronutrien sangat dibutuhkan oleh ibu hamil.
Dalam menjalani proses kehamilan dan menyusui, tidak hanya zat gizi yang dibutuhkan tubuh dalam jumlah besar (makronutrien) seperti karbohidrat, protein atau lemak, kebutuhan mikronutrien seperti beragam jenis vitamin dan mineral harus tetap diperhatikan. Sayangnya, karena dibutuhkan dalam jumlah kecil, ibu hamil kerap kali melewatkan kecukupan mikronutrien.
Padahal menurut spesialis kebidanan dan kandungan dr. Noroyono Wibowo, Sp.OG (K), kendati jumlahnya sedikit, mikronutrien memiliki peran sangat penting, sama halnya dengan makronutrien.
"Mikronutrien berperan kecil namun penting, misalnya membentuk sambungan antar sel saraf sehingga informasi dan pengetahuan bisa menyebar lebih cepat. Anak dengan mikronutrien cukup memiliki daya tangkap dan keingintahuan tinggi, berbeda dengan anak yang hanya makronutriennya tercukupi," kata Noroyono. Mikronutrien yang tidak tercukupi, kata Noroyono, tidak hanya akan membuat bayi berisiko mengalami kecacatan atau lahir dengan kondisi berat badan lahir rendah (BBLR).
Namun bayi yang kekurangan mikronutrien, akan tumbuh menjadi anak dengan membawa kelainan dan penyakit sejak lahir (kongenital).
Selain itu, ibu hamil juga berisiko mengalami gangguan kesehatan selama kehamilan yang bisa berujung pada kematian. Untuk menghadapi kondisi ini, seorang ibu harus mengetahui seberapa besar dan jenis mikronutrien apa yang sebaiknya dikonsumsi.
Selanjutnya ibu bisa mengkonsumsi jenis mikronutrien tersebut sebelum hamil.
Kecukupan mikronutrien menentukan kesehatan dan kualitas hidup anak, sejak masih dalam kandungan hingga dewasa Kebutuhan mikronutrien tersebut seperti kalsium; asam folat; zat besi; magnesium; fosfor; vitamin A; vitamin B6; vitamin C, D, dan Zinc.