Meskipun sudah dipasarkan selama 10 tahun, JF-17 tidak mendulang kesuksesan besar.
Terpisah dari yang digunakan Angkatan Udara Paksitan yang mengoperasikan 138 jet tempur itu, pelanggan lainnya hanyalah Myanmar.
Myanmar terpaksa membeli dari China karena mereka berada di bawah sanksi internasional dan tidak bebas membeli senjata Barat.
Myanmar memiliki 7 unit, kemudian pelanggan lainnya adalah Nigeria dengan 3 unit.
Dibanderol 60 juta Dolar AS (Rp 870 miliar) untuk versi paling mutakhir, JF-17 terbilang lebih murah daripada jet tempur generasi keempat lainnya yang ditawarkan oleh pabrik Eropa dan Rusia seperti Dassault Rafale Perancis dan Su-35 Rusia.
Selain lebih murah, biasanya China juga menawarkan pembayaran lebih fleksibel misal dengan kredit atau perdagangan barter.
Contohnya, Venezuela dilaporkan mendapatkan pesawat transportasi China, 8 unit Shaanxi Y-8, untuk ditukar dengan minyak.
Namun meskipun sudah murah dan dengan berbagai model pembayaran, China kesulitan menjual jet tempur mereka.
Penulis | : | Maymunah Nasution |
Editor | : | Maymunah Nasution |
KOMENTAR