Pantas Saja Indonesia Jadi Sorotan Dunia, Rupanya Lonjakan Kasus Covid-19 di Indonesia Sudah Masuk 3 Besar Dunia, dengan Situasi yang Dianggap Sangat Kritis

Afif Khoirul M
Afif Khoirul M

Editor

Ilustrasi pemakaman jenazah covid-19
Ilustrasi pemakaman jenazah covid-19

Intisari-online.com - Sebuah laporan menyoroti lonjakan kasus Covid-19 di Indonesia yang dianggap sudah sangat memprihatinkan.

Dalam laporan media Inggris The Guardian, pada Jumat (9/7/21) rumah sakit di Pulau Jawa kehabisan pasokan oksigen.

Obat-obatan dan tempat tidur rumah sakit, juga semakin menipis.

Sementara rekor jumlah infeksi yang tinggi menempatkan sistem kesehatan negara di Asia Tenggara ini di ambang kehancuran.

Baca Juga: Inikah yang Membuat Indonesia Kebobolan, Gara-gara Hal Ini Lonjakan Kasus Covid-19 Membludak Seperti Sekarang Ini, Sampai Pemerintah Lakukan PPKM Darurat

Pada 8 Juli, Indonesia menambah kasus 4.094 kasus positif Covid-19, sehingga total infeksi menjadi 324.658.

Jumlah kematian baru di Indonesia adalah 852, lebih rendah dari rekor 1.040 kematian yang tercatat pada 7 Juli. Sebanyak 63.760 kematian akibat Covid-19 di Indonesia.

Indonesia menempati urutan ketiga dunia dalam hal infeksi baru pada 8 Juli, setelah Brasil (54.022 kasus) dan India (45.196 kasus).

Wakil Menteri Kesehatan Indonesia Luhut Pandjaitan memperkirakan jumlah infeksi harian bisa mencapai 70.000.

Baca Juga: Fenomena Langka: Meninggal Usai 5 Hari Dirawat di RS, Terungkap Wanita Ini Terinfeksi 2 Varian Virus Corona, Ini Kata Peneliti

"Saya berharap skenario itu tidak terjadi," kata Pandjaitan.

Peningkatan tajam dalam jumlah infeksi dan kematian akibat Covid-19 menempatkan sistem kesehatan Indonesia pada risiko runtuh, menurut surat kabar British Guardian.

Kekurangan tenaga medis, kekurangan tempat tidur rumah sakit dan persediaan obat-obatan seperti pasokan oksigen terjadi di rumah sakit di pulau Jawa.

Jawa adalah pulau terpadat di Indonesia dengan 140 juta orang.

Menurut Luhut Pandjaitan, pemerintah Indonesia sedang menghubungi Singapura untuk membeli suplemen oksigen medis untuk merawat pasien Covid-19.

"Bahkan memiliki 100 tempat tidur rumah sakit lagi tidak cukup. Banyak orang yang terinfeksi Covid-19 terus berduyun-duyun ke rumah sakit kami," kata Syaiful Anwar, kepala tim perawatan Covid-19 di rumah sakit Slamet Martodirdjo di kota Pamekasan, Jawa Timur.

Banyaknya kasus infeksi Covid-19 membuat dokter di sini mendirikan ruang gawat darurat di halaman depan rumah sakit, sedangkan bangunan utama digunakan untuk mengisolasi pasien.

Baca Juga: Pelajaran Bagi Kita Semua! Lahir Sehat, Bayi Berusia 29 Hari Ini Meninggal Dunia karena Terpapar Covid-19 Usai Dikunjungi Keluarga

RS Slamet Martodirdjo dapat memproduksi oksigen cair sendiri di tempat.

Namun tangki oksigen cadangan tetap diperlukan untuk mempertahankan hidup pasien yang dirawat di luar ruang gawat darurat.

Selain itu, stok obat remdesivir yang digunakan untuk merawat pasien Covid-19 di fasilitas ini juga sudah habis.

"Kami biasanya menggunakan remdesivir untuk mengobati kasus kritis karena Covid-19. Kami sudah kehabisan persediaan obat ini sejak 10 hari terakhir," kata dr Syaiful.

Rumah sakit ini juga mengalami kekurangan staf medis yang serius, setelah 10 dokter di sini dinyatakan positif Covid-19.

Menurut dr Syaiful, banyak pasien yang dirawat di rumah sakit dalam dua minggu terakhir mengalami kekurangan oksigen yang mendesak.

"Dalam dua pekan terakhir, 50 pasien meninggal akibat Covid-19 di sini. Sebagian besar hanya dirawat di rumah sakit dalam waktu 24 jam," kata dr Syaiful.

Baca Juga: Bandara Sudah Sampai 'Disulap' Jadi RS Covid-19, Negara Ini Kini Ketar-ketir Usai Memo Rahasia Bocorkan Kualitas Sinovac yang Bisa Picu Warganya 'Ogah' Divaksin

"Kita perlu mendirikan lebih banyak rumah sakit lapangan dengan staf dan peralatan medis yang memadai untuk dapat merawat pasien dalam konteks tingkat infeksi yang cepat saat ini," tambahnya.

Di fasilitas kesehatan lain di pulau Jawa, situasinya tidak lebih baik.

Banon Sukoandari, Direktur Pelayanan Medik RS Palang Merah Kota Bogor, mengatakan rumah sakit tersebut juga menghadapi kekurangan tenaga medis, suplai oksigen dan peralatan yang digunakan dalam diagnosis dan pengobatan.

Pak Banon mengatakan yang paling dibutuhkan rumah sakit adalah masker medis N95.

Menurut Ikatan Dokter Indonesia, sejauh ini, total 405 dokter telah meninggal sejak wabah di negara Asia Tenggara itu.

Artikel Terkait