Empat tahun kemudian, 1940, Ngurah Rai dilantik sebagai Letnan II.
Lalu, ia meneruskan pendidikan di Corps Opleiding Voor Reserve Officieren (CORO), sekolah militer buatan Belanda, di Magelang.
Berkat kecerdasannya selama menempuh pendidikan militer, Ngurah Rai pun menjadi intel sekutu di daerah Bali dan Lombok semasa penjajahan kolonial Belanda.
Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia, Ngurah Rai bersama rekan militernya ikut membentuk Tentara Keamanan Rakyat (TKR) Sunda Kecil.
Baca Juga: Kisah dr. Tjipto Mangoenkoesoemo, Pelopor Hari Kebangkitan Nasional
Lalu, I Gusti Ngurah Rai diangkat menjadi komandannya.
Sebagai komandan, I Gusti Ngurah Rai pergi ke Yogyakarta yang menjadi markas besar TKR untuk berkonsolidasi dengan pimpinan pusat.
Seketika itu juga, Ngurah Rai ditunjuk menjadi Komandan Resimen Sunda Kecil berpangkat Letnan Kolonel.
TKR Sunda Kecil di bawah pimpinannya dengan kekuatan 13,5 kompi telah tersebar di seluruh kota di Bali.
Pasukannya itu pun dikenal dengan sebutan Ciung Wanara.
Penulis | : | Khaerunisa |
Editor | : | Khaerunisa |
KOMENTAR