Pasalnya, model pengawalan seperti itu justru membuat Karzai lebih dekat dengan orang-orang AS dibanding rakyatnya sendiri.
Baca juga: Anggotanya Tewas di Camp Chapman, Agen CIA di Afghanistan Jadi Makin Brutal
Karzai kemudian menyadari kekeliruannya dan berjanji akan mengganti para pengawalnya dengan para pejuang Afghanistan yang nota bene orang-orangnya sendiri.
Puncak kebencian terhadap kehadiran para pengawal asing Karzai ditandai dengan diledakkannya markas DynCorp di Kabul pada Agustus 2004.
Insiden yang merupakan ‘pelajaran’ mematikan yang diberikan oleh pejuang Afganistan kepada para personel tentara bayaran Dyncorp itu menewaskan 14 orang.
Karzai akhirnya setuju mengganti semua pengawal asingnya dengan para pejuang lokal yang terlatih dan menyandang senjata paling favoritnya, AK-47.
Belakangan diketahui para pejuang yang mengawal Karzai ternyata telah dilatih oleh personel DynCorp sehingga kemampuan tempurnya tak bisa diragukan lagi.
Namun, para pejuang yang bertugas mengawal Karzai itu meskipun dari pejuang lokal tetap saja menimbulkan masalah.
Karena hampir semua personel masih satu suku dengan Karzai. Padahal saat dilakukan rekrutmen, mereka diambil dari berbagai suku.
Menurut para pengamat politik di Afghanistan saat itu , pilih kasih dalam menunjuk para pengawal bisa memunculkan kecemburuan pada suku lainnya sehingga nyawa Kanzai tetap saja terancam.
Baca juga: Saat Mujahidin Afghanistan Bikin Pasukan Uni Soviet Bertekuk Lutut, Tentunya dengan Bantuan CIA
Kendati masih menimbulkan polemik, keberadaan para pengawal lokal Karzai banyak memberi manfaat positif. Misalnya saja, mereka bisa dibayar lebih murah dibandingkan para pengawal asing dan memiliki loyalitas tinggi.
Source | : | cnn.com,dari berbagai sumber |
Penulis | : | Agustinus Winardi |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR