Intisari-online.com - Institut Virologi Wuhan (WIV), merupakan laboratorium yang melakukan penelitian Covid-19.
Laboratorium ini juga disorot Amerika karena dituduh menyembunyikan fakta terkait Covid-19.
Bahkan tak tanggung-tanggung, Amerika menuduh virus corona muncul akibat kebocoran di laboratorium Wuhan.
Meski demikian fakta itu belum bisa sepenuhnya dipercaya karena China maih terus membantah, dan Amerika belum bisa memberikan bukti yang meyakinkan.
Sementara itu, seorang ilmuwan dari laboratoirum Wuhan, yang berasal dari Australia bernama Danielle Anderson, mengatakan fakta sebenarnya soal laboratorium itu.
Anderson merupakan satu-satunya wanita asing yang bekerja di laboratoirum Wuhan.
Dia juga berpartisipasi dalam penelitian di laboratorium Wuhan, beberapa minggu sebelum kasus pertama Covid-19 terdeteksi di China tahun 2019.
Menurut 24h.com.vn, pada Selasa (29/6/21), ia mengungkapkan situasi asli di laboratorium tersebut.
Anderson adalah satu-satunya ilmuwan asing yang pernah berpartisipasi dalam penelitian di laboratorium Biosafety Level 4 (BSL-4) Institut Virologi Wuhan.
Anderson menyelesaikan pekerjaannya di laboratorium Wuhan pada November 2019, beberapa minggu sebelum kasus Covid-19 pertama muncul di kota tersebut.
Institut Virologi Wuhan di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, China, menjadi fokus teori bahwa virus SARS-CoV-2 bocor dari laboratorium.
Dalam wawancara dengan Bloomberg pada 27 Juni, Anderson mengatakan fungsi dan peran laboratorium Wuhan lebih normal daripada yang digambarkan di media.
"Saya tidak mengatakan itu membosankan, tetapi ini adalah laboratorium normal seperti laboratorium tingkat tinggi lainnya," katanya kepada Bloomberg.
Anderson telah bekerja dengan para peneliti di Institut Virologi Wuhan sejak 2016, sebagai direktur laboratorium biosekuriti di Duke Medical School, National University of Singapore.
1 Mei 2021, Anderson dan rekan-rekannya telah berhasil mengisolasi virus SARS-CoV-2 dari sampel pasien terinfeksi Covid-19 pertama di Singapura.
Selama berada di laboratorium Wuhan, Anderson naik bus setiap hari, bepergian dengan para peneliti Tiongkok.
"Kami makan siang bersama, kami makan malam bersama, bahkan kami bertemu di luar lab," kata Anderson.
Anderson menegaskan bahwa, jika memang ada bukti virus bocor dari laboratorium Wuhan, dia "akan memperhatikan tanda-tanda sebelumnya," menurut Bloomberg.
Menurut Anderson, dia tidak melihat rekannya yang sakit selama berada di lab Wuhan.
"Jika orang sakit, saya pikir saya sendiri yang sakit. Tapi saya melakukan tes virus SARS-CoV-2 di Singapura sebelum vaksinasi dan hasilnya menunjukkan saya tidak mengidap virus ini," katanya.
"Saya mengatakan itu untuk tidak menyangkal teori bahwa virus itu bocor dari lab," jawabnya.
"Ini adalah pandemi yang tidak dapat dibayangkan oleh siapa pun sebelumnya. Virus itu berada pada waktu dan tempat yang tepat untuk menciptakan bencana seperti itu," katanya.
Anderson mengatakan bahwa tidak ada virus yang sengaja dibuat untuk menginfeksi manusia dan tidak ada yang dengan sengaja menyebarkan virus tersebut.
Selain itu, Anderson terkesan dengan tingkat keamanan laboratorium Wuhan. Dia biasa mengunjungi tempat ini sebelum lab resmi dibuka pada tahun 2018.
Menurut Bloomberg, fasilitas tersebut memiliki penunjukan keamanan hayati tertinggi. Udara, air, dan limbah harus disaring dan didesinfeksi sebelum disalurkan ke luar gedung.
Anderson mengatakan lab memiliki aturan dan regulasi yang ketat untuk mencegah patogen menyebar ke lingkungan luar.
Menurut Anderson, para peneliti menjalani 45 jam pelatihan untuk mendapatkan lisensi untuk bekerja di lab.
Peneliti diminta untuk menunjukkan pengetahuan tentang prosedur penahanan penyakit dan pemakaian pakaian pelindung jangka panjang.
Anderson mengingat proses kompleks memasuki dan meninggalkan fasilitas.
Orang yang meninggalkan fasilitas harus mandi dengan bahan kimia dan sabun biasa. Durasi proses juga ditentukan.
Anderson terhubung ke rekan labnya melalui sistem headset untuk tetap berkomunikasi dan menerima peringatan keselamatan untuk menghindari potensi bahaya.