Intisari-Online.com - Kasus virus corona di Indonesia benar-benar melonjak tajam.
Khususnya di DKI Jakarta yang menjadi provinsi dengan kasus virus corona di Indonesia terbanyak.
Akibatnya situasidi Rumah Sakit Darurat Covid-19 (RSDC) Wisma Atlet, Kemayoran, Jakarta Pusat, penuh sesak.
Hal itu disampaikan oleh salah satupasien yang pernah dirawat di sana, James Andi Parinding.
Dilansir dari kompas.com pada Kamis (24/6/2021),James menyebutkan bahwa RS Wisma Atletmenerima pasien tiada henti.
Bahkan karena lonjakan pasien, beberapa pasien positif Covid-19 terpaksa dipulangkan.
Khususnya pasien positif Covid-19 yang sudah membaik kondisinya.
"Sebenarnya bokap sama nyokap saya masih positif, tapi disuruh pulang."
"Ini karena RS Wisma Atlet masih mau dimasukin pasien baru," ujar James kepada Kompas.com, Rabu (23/6/2021).
Sebelumnya,Jams dirawat di sana beserta ibu, bapak, dan dua orang adiknya sejak 9 Juni lalu.
Walau dipulangkan, dokterspesialis paru-paru juga sudah memberi lampu hijau bagi mereka untuk isolasi mandiri di rumah.
Sebagai informasi, sampai Rabu (23/6/2021) pukul 08.00 WIB, tercatat ada 8.096 pasien yang dirawat di RS Wisma Atlet.
Akibatnya 90%dari kapasitas rumah sakit tersebut sudah terisi.
Tak hanya diRS Wisma Atlet, beberapaRS rujukan Covid-19 di Jakarta juga terbatas.
"Pasien tiap hari banyak sekali yang masuk," katanya.
James bahkan mengaku mendengar sirineambulans per setengah jam.
"Selama saya di sana itu setiap setengah jam pasti selalu mendengar ambulans yang membawa pasien yang terpapar," ujarnya.
Lonjakan pasien meninggal
Selain lonjakan kasus virus corona, lonjakan pasien Covid-19 yang meninggal juga meninggi.
Hal itu disampaikanKepala Badan Pengelola Keuangan Daerah (BPKD) DKI Jakarta, Edi Sumantri.
Karenajumlah jenazah pasien Covid-19 meningkat tajam, membuat beberapa jenazah tidak bisa diangkutdengan mobil jenazah atau ambulans.
"Karena ambulans tidak memungkinkan lagi, jadi dengan truk dengan kapasitas 1 truk delapan peti," kata Edi dalam rekaman suara ketika rapat bersama Komisi C DPRD DKI Jakarta, Rabu (23/6/2021).
Edi menuturkan pada puncak gelombang pertama kasus Covid-19, kasus kematian dengan protokol Covid-19 tertinggi tercatat sebanyak 75 pemakaman.
Namun kali ini lebih mengerikan.
"Tahun ini (gelombang 2) baru jam 6 sudah 143 orang dan dinas pemakaman enggak sanggup nguburin," ucap dia.