Intisari-Online.com - KKB Papua baru saja kehilangan salah satu prajurit terbaiknya.
Dikutip dari Antara, sosok pemasok Senpi ke para teroris KKB Papua diketahui sudah ditangkap oleh Satgas Nemangkawi.
Kini Megawati Soekarnoputri ikut memberikan saran agar KKB Papua segera diberantas seutuhnya.
Sebagaimana diwartakanSurya, Presiden Ke-lima RI Megawati Soekarnoputri menyarankan agar Badan Intelijen Negara (BIN) menggunakan strategi perang gerilya untuk memburu teroris KKB Papua.
Alasannya karena para anggota Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) Papua lebih menguasai medan ketimbang TNI-Polri.
Menurut Megawati, mereka ( KKB Papua) lebih mengetahui jalan-jalan tikus di daerahnya.
Hal ini diungkapkan Megawati saat menyampaikan orasi ilmiah di Universitas Pertahanan (Unhan) RI, Sentul, Bogor, Jawa Barat.
"Naik pohon bisa, opo bisa, saya tahu, apalagi yang di pegunungan itu,” tuturnya dilansir dari Kompas.com dalam artikel 'Megawati Mengaku Pernah Minta Jokowi Tambah Personel TNI-Polri', Rabu (16/6/2021).
Terlepas dari itu, dalam sejarah indonesia, taktik perang gerilya pernah dijalankan pada masa mempertahankan kemerdekaan setelah Proklamasi, 17 Agustus 1945.
Perang gerilya adalah perang dilakukan secara sembunyi-sembunyi, berpindah-pindah dan penuh kecepatan.
Gerilya merupakan salah satu strategi perang dalam perjuangan para pejuang dalam rangka merebut dan mempertahankan kemerdekaan bangsa Indonesia.
Perang gerilnya dipimpin oleh Panglima Besar Jenderal Soedirman.
Perang gerilya terjadi di Yogyakarta saat Agresi Militer Belanda II pada 1948.
Taktik Perang
Selama gerilya Jenderal Soedirman dan pasukan berjalan untuk berpindah-pindah tempat.
Mereka berjalan cukup jauh dengan menyeberangi sungai, gunung, lembah, dan hutan.
Para pejuang juga melakukan penyerangan ke pos-pos yang dijaga Belanda atau saat konvoi.
Gerilya yang dilakukan pasukan Indonesia merupakan strategi perang untuk memecah konsentrasi pasukan Belanda.
Kondisi itu membuat pasukan Belanda kewalahan.
Apalagi penyerangan dilakukan secara tiba-tiba dan secara cepat.
Pasukan Indonesia juga berani masuk ke kota untuk menyerang dan menguasai kembali Yogyakarta dari penguasaan Belanda.
Adanya taktik ini membuat TNI dan rakyat yang bersatu dan kemudian berhasil menguasai keadaan dan medan pertempuran.
(*)