Intisari-Online.com - Kematian Wakil Bupati Sangihe, Sulawesi Utara, Helmud Hontong, pada Rabu (9/6/2021) sempat dikaitkan dengan sikapnya menolak izin pertambangan di daerahnya.
Helmud meninggal dunia saat perjalanan pulang dari Bali menuju Manado via Makassar dengan menumpang pesawat Lion Air JT-740.
Jenazahnya tiba di Kabupaten Sangihe, Sulawesi Utara, Jumat (11/2021) pagi, yang disambut isak tangis keluarga dan kerabat.
Saat itu, massa ikut menunggu di Pelabuhan Nusantara Tahuna menyambut jenazah. Hadir pula di lokasi, Bupati Kepulauan Sangihe, Jabes Gaghana bersama jajaran pemerintah Kabupaten Sangihe.
Sementara itu, jenazah dimakamkan di samping rumah pribadinya, Kelurahan Manente, Kecamatan Tahuna, Senin (14/6/2021).
Sebelum meninggal, Wakil Bupati Sangihe tersebut diketahui sempat meminta untuk pembatalan izin tambang di Sangihe. Sehingga kematiannya yang mengejutkan sempat dikaitkan dengan hal tersebut.
Surat pembatalan izin tambang PT Tambang Mas Sangihe itu dikirim oleh Helmud kepada Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), yang mana disebut surat itu dikirim atas inisiatif pribadi Helmud.
Setelah kematian Helmud Hontong, dilakukan penyelidikan guna mengetahui penyebab kematiannya, adakah kejanggalan?
Melansir Tribunnews, Kabareskrim Polri Komjen Pol Agus Andrianto menyebutkan pihaknya belum menemukan adanya kejanggalan kematian Wakil Bupati Sangihe Helmud Hontong.
"Belum ada indikasi kejanggalan," kata Komjen Agus Andrianto saat dikonfirmasi, Kamis (17/6/2021).
Agus menjelaskan pihak kepolisian sementara ini masih berkesimpulan Helmud meninggal dunia karena mengalami sakit.
Hal itu terlihat dari hasil autopsi awal terhadap jenazah korban.
Menurut pernyataan Agus, pada tubuh korban tidak ditemukan adanya tanda kekerasan. Termasuk juga dugaan korban diracun ketika di dalam penerbangan pesawat.
Meski demikian, Agus menerangkan bahwa pihak penyidik masih akan menggali lebih dalam untuk memeriksa beberapa organ tubuh korban.
Salah satu sampel yang diambil adalah cairan lambung.
"Beberapa organ sedang diperiksa labfor, sementara keterangan keluarga almarhum memiliki riwayat sakit jantung dan darah tinggi," katanya.
Otopsi terhadap jenazah Wakil Bupati Sangihe itu dilakukan di salah satu rumah sakit yang ada di Kabupaten Kepulauan Sangihe.
Tak hanya dari tim forensik Polda Sulut, otopsi juga dilakukan bersama dokter forensik dari Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Prof Kandou Manado.
Terkait kejadian meninggalnya Helmud, sang ajudan, Harmen Rivaldi Kontu sempat mengungkapkan, Wakil Bupati Sangihe tersebut sempat memberitahukan kepadanya bahwa sudah merasa pusing.
Saat itu, Helmud diminta menggosokkan minyak kayu putih di bagian belakang dan leher.
Setelah lehernya digosok dengan minyak kayu putih, Helmud tidak lagi merespons. Bahkan Harmen mengatakan ada darah yang keluar dari mulut dan hidung Helmud.
"Sekitar 5 menit itu saya lihat Bapak langsung tersandar. Saya panggil dan kore-kore (colek) namun sudah tidak ada respons lagi," katanya.
"Saya langsung panggil pramugari, namun tetap Bapak tidak ada respons. Kemudian keluar darah lewat mulut. Tak lama kemudian darah keluar dari hidung," sambungnya.
Sementara mengutip Kompas.com (16/6/2021), Polisi juga berencana akan memeriksa Harmen Rivaldi Kontu untuk dimintai keterangan.
(*)