Intisari-online.com -21 Mei 2021 pukul 2 dini hari waktu setempat, Israel dan Palestina sepakat untuk lakukan gencatan senjata.
Konflik terbaru tersebut sudah berlangsung sejak 10 Mei 2021 lalu.
Konflik tersebut menjadi konflik paling panas sepanjang sejarah konflik Israel-Palestina sejak 2008.
Dan kini akhirnya setelah bertempur selama 11 hari, gencatan senjata dilaksanakan sejak Jumat dini hari.
Baca Juga: Kini Sepakat Gencatan Senjata Tanpa Syarat, Rupanya Lewat Tangan Negara Ini Gaza Bisa Damai Sebentar
Warga Palestina berbondong-bondong tumpah ke jalanan Gaza setelah perjanjian dimulai.
Mereka semua berkumandang "Allahu Akbar" dan "Alhamdulillah" yang artinya Allah maha Besar dan terima kasih kepada Allah.
Baik Israel dan Hamas sama-sama mengklaim kemenangan dalam konflik ini.
Presiden AS Joe Biden mengatakan gencatan senjata membawa 'kesempatan murni' untuk kemajuan.
Baca Juga: Didesak Gencatan Senjata oleh Biden Sendiri, PM Israel Malah 'Berniat' untuk Terus Serang Gaza
Kamis kemarin lebih dari 100 serangan udara diluncurkan Israel menarget infrastruktur Hamas di utara Gaza.
Hamas membalasnya dengan tembakan roket.
Kabinet Keamanan Politik Israel mengatakan mereka "dengan suara bulat menerima rekomendasi" untuk gencatan senjata.
"Eselon politik menekankan jika kenyataan di darat akan menentukan keberlanjutan gencatan senjata," tambahnya.
Baca Juga: Israel dan Hamas Sepakat untuk Melakukan Genjatan Senjata
Menteri Pertahanan Israel Benny Gantz di Twitter mengatakan jika serangan Gaza telah menghasilkan "keuntungan militer yang belum pernah terjadi sebelumnya".
Sementara itu pejabat Hamas mengatakan kepada kantor berita Associated Press jika gencatan senjata yang diumumkan oleh Israel bernilai "kemenangan" bagi warga Palestina dan menjadi kekalahan bagi Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu.
Sementara itu meski warga Palestina merayakan gencatan senjata, anggota Dewan Hubungan Internasional Hamas mengatakan kepada BBC ia tidak yakin apakah gencatan senjata akan bertahan.
"Tanpa keadilan bagi warga Palestina, tanpa menghentikan serangan Israel dan kekerasan mereka terhadap warga kami di Yerusalem, gencatan senjata sangatlah rentan," ujarnya.
Selayaknya perang lain sejak Hamas menguasai Gaza tahun 2007, dua pihak sama-sama mengklaim kemenangan.
Pemimpin senior Hamas mengatakan BBC di Gaza jika Israel telah berjanji 'mengangkat tangan mereka jauh-jauh dari Sheikh Jarrah dan Masjid Al-Aqsa."
Sheikh Jarrah adalah pemukiman warga Palestina di Yerusalem yang hendak direbut oleh Israel guna mengusir keluarga-keluarga Palestina.
Israel menyangkal adanya pemahaman tersebut,
Benny Gantz menhan Israel mengatakan lewat pernyataan jika setelah 11 hari kemarin Israel dapat memamerkan keunggulan militer "skala tak terbendung dan pentingnya strategi untuk melawan organisasi teroris di Gaza".
Kedua belah pihak yang harus menyelamatkan diri dari rudal dan bom dan yang menembakkannya tidak mengklaim kemenangan.
Sejauh ini mayoritas warga yang tewas dan terluka adalah warga Palestina di Gaza, yang juga menderita ratusan juta dolar untuk kerusakan fisik.
Kedua belah pihak memang senang membuat narasi kemenangan.
Namun dilihat dari sejarah perang besar Israel-Hamas sejak yang pertama tahun 2008, dapat dengan jelas terlihat jika status quo tidak berubah maka masih akan ada serangan bersenjata lagi.
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini