Atas dasar itu, saya mendapatkan obat-obatan untuk kami bertiga setelah meminjam uang dari paman saya,” kata Ajin.
Meskipun kesehatannya yang tidak membaik, Ajin berlarian di sekitar kota selama seminggu terakhir dengan putus asa, berusaha mencari tempat tidur di rumah sakit dan oksigen untuk ayahnya.
Keduanya tetap sulit untuk didapatkan.
“Tingkat kejenuhan oksigen ayah saya turun drastis menjadi 60, sedangkan tingkat optimalnya adalah 97.
Jadi, ayah benar-benar membutuhkannya.
Kami berhasil mendapatkan satu tabung oksigen seharga$150 (sekitar Rp2,16 juta) melalui sumbangan dari teman dan kerabat, tetapi persediaan itu cepat habis.
Saya panik! Lalu mengirimkan pesan di media sosial, kepada kerabat dan teman,” kisah Ajin.
“Saya berada dalam situasi yang serba salah, karena saya selalu takut ayah saya meninggal saat saya mengantri untuk mencari oksigen dan tempat tidur di rumah sakit untuknya.
Berkali-kali, dalam kepanikan, saya meninggalkan antrian saya hanya untuk segera kembali melihat keadaan ayah, takut akan yang terburuk.”
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | K. Tatik Wardayati |
KOMENTAR