Intisari-Online.com - Kapal penangkap ikan China beberapa kali tertangkap nyelonong masuk ke wilayah negara lain.
Aksi nekat kapal China itu juga beberapa kali ketahuan.
Dari situ, terungkap bahwa kapal penangkap ikan China penuh dengan senjata.
Para ahli pun telah memperingatkan negara lain terkait hal ini.
Dilansir dariexpress.co.uk pada Minggu (25/4/2021), para ahli memperingatkan bahwa kapal penangkap ikan China biasanya bercat biru.
Dan awaknyahampir tidak mungkinbergerak untuk menantang tanpa memicu konfrontasi militer di Laut China Selatan.
Pergerakan itu terlihat oleh sejumlah kapal yang berada diterumbu karang Spratly.
Hal itu disampaikan oleh analis di Institut Internasional untuk Kajian Strategis (IISS) di Singapura.
Kapal-kapal tersebut juga dilaporkan dilengkapi dengan senjata otomatis dan memiliki kecepatan tertinggi lebih cepat dari 90 persen kapal penangkap ikan dunia.
Tapi pihak China membantahnya.
"Karena situasi maritim, beberapa kapal penangkap ikan berlindung dari angin dekat Niu'e Jiao."
"Dan itu cukup normal," kataJuru bicara Kementerian Luar Negeri Hua Chunying.
"Kami berharap pihak terkait dapat melihat ini secara rasional."
Sementara Kedutaan Besar China sekali lagi menegaskan tidak ada Milisi Maritim China seperti yang dituduhkan.
Konflik di atas memanas ketikaUni Eropa (UE) memanggil China pada hari Sabtu lalu.
Di mana China dituduh membahayakan perdamaian di Laut China Selatan dan mendesak semua pihak untuk mematuhi keputusan pengadilan tahun 2016 yang menolak sebagian besar klaim China atas kedaulatan di laut.
UE pada minggu lalu merilis kebijakan baru yang bertujuan untuk meningkatkan pengaruhnya di kawasan Indo-Pasifik untuk melawan kekuatan China yang meningkat.
Filipina sendiri sudah berulang kali memprotes sikap militer China yang tidak juga menarik kapal penangkap ikannya dari sekitar Whitsun Reef yang disengketakan.
"Ketegangan di Laut China Selatan, termasuk kehadiran kapal-kapal besar China baru-baru ini di Whitsun Reef, membahayakan perdamaian dan stabilitas di kawasan itu," kata seorang juru bicara Uni Eropa dalam sebuah pernyataan.
Uni Eropa menegaskan kembali penentangannya yang kuat terhadap tindakan sepihak yang dapat merusak stabilitas regional dan ketertiban berbasis aturan internasional.
Mereka mendesak semua pihak untuk menyelesaikan sengketa secara damai sesuai dengan hukum internasional.
Dan menyoroti arbitrase internasional tahun 2016 yang telah memutuskan mendukung Filipina sambil membatalkan sebagian besar klaim China di Laut China Selatan.
Hanya saja,China menolak semua tuduhan Uni Eropa.
Menurutnya kapal-kapalnya di Whitsun Reef, yang oleh China disebut Niu'E Jiao,tidak membahayakan perdamaian dan keamanan.
Kepada Uni Eropa, China menegaskankembali bahwa terumbu karang adalah bagian dari Kepulauan Nansha China atau Kepulauan Spratly.
Dan sikap mereka itu masuk akal dan sah bagi kapal penangkap ikan China untuk beroperasi di sana dan berlindung dari angin.
Terakhir, Chinamenegaskan bahwa kedaulatan, hak, dan kepentingan China di Laut China Selatan dibentuk dalam perjalanan sejarah yang panjang dan konsisten dengan hukum internasional.