Sempat Beredar Hoax KRI Nanggala Sudah Bisa Dihubungi, Rupanya Ini Alasan Mengapa Kapal Selam Justru Sangat Mustahil Dihubungi Jika Hilang Kontak

Afif Khoirul M
Afif Khoirul M

Penulis

KRI Nanggala-402
KRI Nanggala-402

Intisari-online.com - Baru-baru ini sempat beredar Hoax jika KRI Nanggala sudah bisa dihubungi.

Melansir Kompas, informasi ini diunggah di akun @AndiPitopang6 pada Jumat (23/4/21), dalam sebuah utas.

Namun, setelah dilakukan penelusuran ternyata, informasi yang beredar tersebut tidak benar.

Dalam tulisannya, dia mengatakan KRI Nanggala sudah bisa dihubungi kembali pada Jumat (23/4).

Baca Juga: Rusia dan China Punya Senjata Lebih Murah dan Lebih Sulit Dilacak daripada Nuklir, Melalui Manhattan Project, Ilmuwan AS Peringatkan AS Tentang Bahaya Senjata Tersebut

"Info: Kabar gembira, KRI Nanggala 402 Hilang sudah bisa dihubungi, belum naik, ada masalah eletronik pump (23/4/21)," tulis akun @AndiPitopang, dilansir dari Kompas.

Dia menyebutkan, kapal selam itu ada masalah pompa elektroniknya, sehingga tidak bisa naik ke permukaan.

Menurut akun tersebut, dia memperoleh informasi dari Jurnal Maritim.

Unggahan itu di-retweet sebanyak 181 kali, dan disukai 703 kali.

Baca Juga: Biasanya Dipamiti Biasa Saja, Anak Lettu Imam Adi Baru Kali Ini Rewel Seakan 'Larang' Ayahnya Bertugas di KRI Nangala-402, Abah Edy: 'Kemarin Pintunya Sampai Ditutup'

Namun, kabar tersebut dipastikan Hoax, seperti ditulis oleh Kompas.com, dan rupanya, justru kapal selam yang hilang kontak akan sangat sulit untuk dihubungi.

Menurut The Conversation, harus ada ekstra tindakan untuk menemukan kapal selam yang hilang kontak.

Menentukan lokasi pasti sebuah kapal selam tidaklah mudah. Kapal selam pada awalnya adalah kendaraan militer rahasia.

Saat kapalmenyelam di bawah laut akan menjadi torpedo selama latihan rutin, angkatan laut Indonesia sepertinya tidak bisa mengikuti jejaknya.

Ini karena sulit untuk menjaga komunikasi dengan kapal selam melalui gelombang ultrasonik, bahkan pada jarak yang sangat dekat.

TNI AL menunggu kapal selam tersebut kembali untuk berkomunikasi usai menjalankan misi torpedo.

Tetapi kapal selam itu tidak mengirim sinyal, juga tidak mengirim pesan mendesak apa pun.

Selain itu, jangkauan yang luas juga menjadi kendala tersendiri.

Baca Juga: Daftarnya Lengkap Alutsista untuk Mencari KRI Nanggala 402, Australia HMAS Ballarat hingga US Navy P8 Pseidon dan Banyak Lagi dari Luar Negeri yang Berdatangan

Tidak peduli seberapa besar penyelamatnya, dan seberapa canggih sensornya, jangkauan untuk menemukan kapal selam merupakan tantangan besar, menurut The Conversation.

Semakin cepat kapal selam itu bergerak, semakin lama kehilangan sinyalnya, semakin luas area pencariannya.

Biasanya, kapal selam dapat meletakkan sekoci yang mengapung di atas air untuk menandai lokasi jika terjadi kecelakaan.

Namun syaratnya para pelaut tetap memiliki kapasitas untuk bereaksi, meski terjebak di bawah laut.

Di perairan dangkal, sekoci masih bisa dihubungkan ke kapal selam dengan kabel.

Di laut dalam, sekoci mengapung bebas di laut.

Tim penyelamat harus menghitung kapan kapal selam akan melepas sekoci untuk bisa menentukan posisi pasti akibat pengaruh pasang surut.

Dalam kasus kapal selam Indonesia, pada 21 April, tim penyelamat mengidentifikasi semburan minyak yang mencurigakan dari kapal selam yang hilang tersebut.

Kecuali kapal mengirimkan komunikasi, sulit untuk menemukan kapal selam yang tergeletak di dasar laut, menurut The Conversation.

Baca Juga: Dampaknya Luar Biasa, Ternyata Militer Amerika Pun Sampai Ikut Turun Tangan Melakukan Pencarian KRI Nanggala, Dilaporkan Ada Jejak Misterius yang Ditemukan, Apa Itu?

Kasus serupa terjadi pada kapal selam Argentina San Juan pada 2017, saat tenggelam di kedalaman 900 meter.

Butuh lebih dari satu tahun untuk menemukan bangkai kapal selam tersebut.

Bahkan jika kapal selam ditemukan, tidak ada jaminan ada yang selamat.

Oksigen yang terbatas merupakan salah satu tantangan lainnya, memaksa tim penyelamat untuk segera menemukan kapal selam tersebut.

Angkatan Laut Indonesia mengumumkan pada 22 April bahwa orang-orang di dalamnya hanya memiliki cukup oksigen selama 72 jam setelah kapal selam tersebut berhenti bekerja.

Dini hari tanggal 24 April menjadi tenggat waktu tim SAR Indonesia menemukan korban selamat.

Saat menghilang, KRI Nanggala-402 telah beroperasi di perairan sedalam 700 meter.

Jika kapal tenggelam ke dasar laut, pelaut tidak akan bisa melarikan diri menggunakan kompartemen darurat, karena kedalaman maksimum yang bisa ditahan kapal selam adalah 500 meter.

Seandainya kapal selam tersebut masih utuh, membawa peralatan penyelamat hingga kedalaman 700 meter juga sangat sulit, membutuhkan waktu persiapan yang lama.

Angkatan Laut India memiliki kapal selam penyelamat yang beroperasi di laut dalam, siap membantu, tetapi butuh enam hari untuk mencapai posisi lepas Bali.

Artikel Terkait