Kepala Suku Dambet Lakukan 'Ritual' Bakar Batu Rayakan Telah Selamat dari Serangan KKB yang 'Bikin Rusuh' sejak 1963 Lantaran Pemerintahan Indonesia, Sesungguhnya Papua Cinta Damai

Muflika Nur Fuaddah
Muflika Nur Fuaddah

Editor

Selamat dari Serangan KKB di Beoga, Kepala Suku Dambet Bakar Batu Sebagai Ungkapan Rasa Syukur
Selamat dari Serangan KKB di Beoga, Kepala Suku Dambet Bakar Batu Sebagai Ungkapan Rasa Syukur

Intisari-Online.com - Kepala Suku Dambet, Benner Tinal menggelar kegiatan bakar batu di Distrik Beoga, Kabupaten Puncak sebagai ungkapan rasa syukur karena telah selamat dari aksi penyerangan KKB.

Kegiatan bakar batu tersebut dihadiri juga oleh Kasatgas Humas Nemangkawi Kombes Pol M Iqbal Al qudusy, Kompol Dudung Setyawan serta Brigpol Akram.

Ungkapan syukur dari selamatnya Benner Tinal atas penembakan dan pembakaran yang dilakukan KKB menunjukkan betapa sesungguhnya warga Papua cinta damai dan berharap Papua selalu damai.

Bener Tinal mengecam kejadian tersebut serta menjadikan momen bakar batu sebagai jalinan silaturahmi Suku Dambet dengan Polri yang telah hadir membawa rasa aman bagi warga Beoga.

Upacara Bakar Batu
Upacara Bakar Batu

Baca Juga: Saksikan Temannya Tewas Ditembak, Sosok Guru Ini Ungkap Detik-detik Dirinya Selamat dari Aksi Penembakan KKB di Papua, Sempat Dikira Diculik Ternyata Ini yang Dilakukannya

"Saya sangat menyesal dan mengutuk KKB yang telah menghancurkan honey dan kios," kata Bener Tinal seperti yang diterjemahkan oleh adik kandungnya dalam bahasa Indonesia.

Dalam bincang-bincangnya dengan Bener Tinal tak lupa Iqbal menyampaikan terimakasih atas jalinan silaturahmi tersebut sekaligus menyampaikan kehadiran TNI-Polri di Beoga adalah memberikan perlindungan, menjamin keamanan dan akan menegakkan hukum bagi kelompok KKB yang telah mengganggu ketenangan warga.

"TNI-Polri hadir di Beoga untuk melindungi warga Beoga," tegas Iqbal.

Sejarah KKB Papua

Baca Juga: Penemuan Mengejutkan Tambang Emas Ilegal di Papua Jadi Sumber Dana KKB untuk Terus Isi Peluru dan Senjata-senjata Baru Demi Memisahkan Diri dari Indonesia

KKB Papua merupakan kelompok separatis yang sering melakukan teror terhadap TNI-Polri maupun masyarakat di Papua.

KKB muncul sebagai Tentara Pertahanan Nasional Organisasi Papua Merdeka (TPN-OPM), yang juga disebut sebagai Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB).

Organisasi Papua Merdeka (OPM) adalah istilah umum bagi gerakan prokemerdekaan Papua yang dipicu atas sikap pemerintah Indonesia sejak tahun 1963.

Menurut peneliti kajian Papua di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), gerakan prokemerdekaan Papua merupakan imbas dari perlakuan tidak adil yang diterima masyarakat Papua dari pemerintah Indonesia yang dianggap represif.

OPM
OPM

Baca Juga: Diburu TNI-Polri, KKB Papua Malah Makin Beringas Tembak Mati Guru SD, Bakar 3 Sekolah dan Rumah Juga Peras Warga

Perlawanan OPM secara bersenjata dilakukan pertama kali di Manokrawi pada 26 Juli 1965, dikutip dari BBC Indonesia.

Sedangkan dari laporan Institute for Policy Analysis of Conflict (IPAC) berjudul The Current Status of The Papuan Pro-Independence Movement yang diterbitkan 24 Agustus 2015 menyebut organisasi ini 'terdiri dari faksi yang saling bersaing'.

Faksi ini terdiri dari tiga elemen kelompok bersenjata, masing-masing memiliki kontrol teritori yang berbeda: Timika, dataran tinggi dan pantai utara; kelompok yang melakukan demonstrasi dan protes; dan sekelompok kecil pemimpin yang berbasis di luar negeri -seperti di Pasifik, Eropa dan AS- yang mencoba untuk meningkatkan kesadaran tentang isu Papua dan membangkitkan dukungan internasional untuk kemerdekaan.

Baca Juga: Salah Kira, Tubuh Pilot Perang Dunia II yang ‘Ditemukan’ di Papua Nugini dan Tersangkut pada Parasutnya Ternyata Adalah Ini!

Laporan IPAC menyebut, pada mulanya terdapat tiga komando sayap militer OPM atau KKB.

Goliath Tabuni, yang berbasis di Tingginambut, kabupaten Puncak Jaya, dipandang yang paling kuat dengan cakupan teritorial yang paling luas, meliputi Puncak, Paniai dan Mimika.

Puron Wenda, yang berbasis di Lanny Jaya memisahkan diri dari Goliath sekitar tahun 2010.

Pada Mei 2015, kelompoknya menyatakan "perang total revolusioner" dan mengklaim kelompok Goliat dan yang lainnya berada di bawah komandonya, tetapi tidak ada bukti yang mendukung ini.

Baca Juga: 'Saya Tertawa Terbahak-bahak', Kala Sikap Heroik Jokowi untuk Myanmar Malah Disebut Lelucon karena Justru Dianggap 'Lupa dengan Masalah di Halaman Belakang'

Sementara itu, Richard Hans Yoweni berbasis di Papua New Guinea, namun memiliki pengaruh kuat di sepanjang Pantai Utara.

Lalu muncul Kelly Kwalik sebagai pimpinan OPM di Mimika.

Kelompok Kelly Kwalik pernah menyandera 26 anggota Ekspedisi Lorentz 95 yang beranggotakan warga Indonesia maupun internasional.

Kelly Kwalik lalu tewas dalam penyergapan polisi pada 2009.

(*)

Artikel Terkait