Intisari-Online.com -Siapa sangka, gara-gara pandemi Covid-19, Daerah Khusus Ibukota Jakarta masuk dalam jajaran kota termahal di dunia.
Dalam daftar yang terdapat dalam laporan bertajuk "Global Wealth and Lifestyle Report 2021" yang disusun olehBank Julies Baer's tersebut, Jakarta berada di posisi ke-20.
Dengan berada di posisi tersebut, maka Jakarta menjadi kota yang lebih mahal dibandingkan kota besar lain sepertiSao Paulo, Mumbai, Mexico City, Vancouver, dan Johannesburg.
Sementara untuk kota termahal sejagat, berdasarkan laporan tersebut, adalah Shanghai di China.
Kota-kota Asia mengalahkan kota-kota di Eropa dan Amerika dalam daftar tersebut.
Di bawah Shanghai, tiga kota Asia lain secara beruntun menempati posisi kedua, ketiga, dan kelima, yaitu Tokyo, Hong Kong, dan Taipei.
Nah, salah fakta menarik dari parameter penentu daftar kotatermahal di dunia ini adalah bahwa sebagian besar dipengaruhi oleh pandemi Covid-19.
Bagaimana itu bisa terjadi? Simak uraiannya di bawah ini.
Menurut laporan tersebut,sebuah kota dinobatkan menjadi kota termahal dengan indikator harga barang yang digunakan untuk gaya hidup, khususnya oleh orang-orang kaya.
Ada 18item yang masuk dalam daftar barang yang digunakan sebagai indikator tersebut selama beberapa tahun.
Namun, seiring dengan pandemi Covid-19 yang melanda hampir seluruh dunia, ada 4 item yang diubah.
Empat item itu adalah personal trainers, wedding banquets, botox, dan piano keluar dari daftar item termahal.
Digantikan oleh sepeda, treadmill, asuransi kesehatan, dan paket teknologi, termasuk laptop dan telepon.
"Selama setahun dilanda lockdown global, teknologi pribadi dan treadmill melonjak popularitasnya, sementara harga sepatu wanita anjlok," begitu isi laporan tersebut, seperti dilansir Kompas.tv.
"Ke depan, kami pikir semua item ini akan terus menjadi barang termahal."
Posisi ke-20 yang diraih Jakarta dalam daftar kotatermahal di dunia juga salah satunya disebabkan oleh perubahan tersebut.
Seiring pandemi, kebutuhan warga kaya Jakarta akansepeda, treadmill, asuransi kesehatan, dan paket teknologi (laptop dan telepon) meningkat.
Khusus untuk sepeda, pandemi Covid-19 secara jelas terlihat telah meningkatkan minat masyarakat Indonesia pada olahraga ini.
Toko-toko sepeda terlihat diserbu oleh para calon pembeli yang bahkan terlihat rela mengantre demi mendapatkan sepeda.
Tidak hanya sepeda-sepeda dengan harga di bawah Rp10 juta, sepeda-sepeda yang berharga puluhan juta pun laris bak kacang goreng.
Masih segar dalam ingatan bagaimana orang-orang Indonesia sampai rela memburu sepeda Brompton di kota London, Inggris.
"Hanya toko Brompton sendiri yang masih memiliki stok,” kata Wahyuseperti dilansir Tribunnews Network.
Hal ini dipicu akibat ketiadaan stok sepeda Brompton di Indonesia kala pandemi Covid-19 melanda.
Sekalipun ada, harganya sudah meningkat jauh lebih tinggi dibanding harga resmi penjualannya di Indonesia.
"Jauh banget, ada tiga sampai lima kali lipat," ungkap Founder dari Brompton Owner Group Indonesia, Baron Martanegara dalam program diskusi Overview Tribunnews yang membahas maraknya tren bersepeda, Kamis (30/7/2020).
Brompton basicyang harga awalnya berkisar Rp20-an juta hingga Rp30-an juta tiba-tiba melonjak hingga Rp50-an hingga Rp60-an juta.
Itu pun masih laris terjual.
Maka sebenarnya, jika merujuk pada perilaku orang kaya Jakarta dalam membeli barang, khususnya sepeda seperti contoh di atas, tidak aneh jika Jakarta masuk dalam daftar kota termahal di dunia.