Advertorial

Meski Digambarkan Sebagai 'Surga di Bumi', Negara Ini Jatuh Miskin Padahal Kekayaan Alamnya Melimpah, Beli Popok Bayi Saja Harus Pakai Uang Bergepok-gepok

Tatik Ariyani

Penulis

Negara ini dikenal sebagai 'tempat lahir Miss World', tapi juga mengalami hiperinflasi yang parah hingga rakyatnya menderita.
Negara ini dikenal sebagai 'tempat lahir Miss World', tapi juga mengalami hiperinflasi yang parah hingga rakyatnya menderita.

Intisari-Online.com - Negara dengan sumber daya alam yang melimpah tak menjamim negara itu kaya.

Seperti contohnya Venezuela, yang terletak di Amerika Selatan, berbatasan dengan Guyana di timur dan Brasil di selatan, Kolombia di barat dan Laut Karibia di utara.

Venezuela memiliki luas 916.445 kilometer persegi dengan jumlah populasi sekitar 28 juta orang.

Venezuela memiliki letak geografis yang menguntungkan, alam yang megah dan indah, bahkan Christophe Columbus pernah menggambarkannya sebagai 'surga di Bumi'.

Baca Juga: Saking Miskinnya Negara Ini, Rumah Sakit Bobrok Pun Masih Digunakan Untuk Merawat Pasien, Padahal Gambar Ini Menunjukkan Betapa Kumuhnya Rumah Sakit Ini

Selain kondisi alamnya yang indah, Venezuela juga dikenal sebagai 'tempat lahir Miss World'.

Venezuela telah memenangkan 7 mahkota Miss Universe, 6 mahkota Miss World, 8 mahkota Miss International, 2 mahkota Miss Earth, 1 mahkota Miss International Tourism Queen dan masih banyak lagi runner-up serta berbagai gelar kecantikan lainnya.

Kontes kecantikan di Venezuela juga sangat megah dan rumit, namun banyak mendapat perhatian dari publik.

Negara ini bahkan memiliki 'ujian kecantikan' untuk para gadis.

Baca Juga: Hari Terakhir Jadi Presiden AS, Trump Tiba-tiba Sanksi Pemilik Restoran Ini, Ternyata Salah Sasaran

Orang Venezuela pada umumnya juga menyukai kontes kecantikan.

Para gadis berharap dengan mengikuti kontes kecantikan, mereka dapat mewujudkan impian dan mengubah hidup mereka.

Meski terkenal dengan banyak wanita cantiknya,dalam beberapa tahun terakhir, Venezuela menjadi kacau dengan terjadinya hiperinflasi, meningkatnya kekerasan, menurunnya keamanan, serta situasi sosial-politik yang tidak stabil.

Melansir Eva.vn (14 Maret 2021), perekonomian negara ini berada dalam situasi yang sulit selama 7 tahun terakhir.

Penyebab inflasi bermula dari penurunan harga minyak, yang berujung pada penurunan impor dan defisit fiskal.

Hal itu memaksa bank sentral untuk mencetak lebih banyak bolivar (mata uang Venezuela).

Menurut data terakhir, per Januari 2021, tingkat inflasi Venezuela mencapai 2.556%.

Baca Juga: Kehadiran Presiden Jokowi di Pernikahan Atta Tuai Kontroversi, Mari Intip Perbandingan Gaji Jokowi dengan Penghasilan Atta yang Bikin Tercengang

Bank sentral Venezuela baru-baru ini memutuskan untuk mengeluarkan uang kertas dengan denominasi tertinggi 1 juta bolivar (Rp7.309).

Uang pecahan 500.000bolivar (Rp3.654) dan 200.000 bolivar (Rp1.461) juga akan diterbitkan.

Hiperinflasi berlangsung selama bertahun-tahun danjatuhnya nilai bolivar menyebabkan rakyat Venezuela menggunakan uang kertas USD untuk banyak transaksi harian.

Hiperinflasi membawa dampak yang sangat serius bagi kehidupan masyarakat.

Berkat kebijakan subsidi negara, Venezuela adalah tempat dengan harga gas termurah di dunia, bahkan hampir sepenuhnya gratis.

Menurut situs web analisis bahan bakar globalpetrolprices.com, harga bensin di Venezuela adalah 0,01 USD/liter (sekitar Rp145).

Menghadapi inflasi yang terlalu parah dan harga gas yang terlalu murah, rakyat Venezuela bahkan tidak lagi menggunakan uang untuk membeli bensin.

Baca Juga: Saking Miskinnya Negara Ini, Rumah Sakit Bobrok Pun Masih Digunakan Untuk Merawat Pasien, Padahal Gambar Ini Menunjukkan Betapa Kumuhnya Rumah Sakit Ini

Sebaliknya, mereka akan 'membayar' karyawan di pom bensin dengan barang-barang kebutuhan sehari-hari, mulai dari makanan seperti beras, minyak goreng, permen hingga rokok.

Dengan 5 juta bolivar (Rp36.570) di Venezuela hanya cukup untuk membeli 1 kg tomat.

Seekor ayam harganya hampir 15 juta bolivar (Rp109.710) dan sekatong popok bayi harganya lebih dari 8 juta bolivar (Rp58.512).

Setiap kali mereka berbelanja, warga Venezuela tidak perlu membawa dompet lagi, tetapi akan membawa karung atau kotak untuk membawa uang karena devaluasi mata uang yang parah.

Di beberapa bagian di Venezuela, dengan setumpuk uang, orang bahkan hanya bisa membeli 1 buah pisang.

Artikel Terkait